Senin 20 Jul 2020 00:05 WIB

Inggris Tunjuk Fujitsu dan NEC Corp Bangun Teknologi 5G

Inggris tunjuk NEC Corp dan Fujitsu pasok teknologi 5G alternatif selain Huawei.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nora Azizah
Inggris tunjuk NEC Corp dan Fujitsu pasok teknologi 5G alternatif selain Huawei (Foto: ilustrasi 5G)
Foto: Huawei Indonesia
Inggris tunjuk NEC Corp dan Fujitsu pasok teknologi 5G alternatif selain Huawei (Foto: ilustrasi 5G)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Surat kabar ekonomi Jepang, Nikkie, melaporkan, Inggris meminta Negeri Sakura membangun jaringan 5G tanpa perusahaan China, Huawei Technologies. Hal ini diperkirakan akan menambah persaingan  antara Amerika Serikat (AS) dan China di bidang teknologi dan keamanan global.

Pada Ahad (19/7), melansir reuters, tanpa mencantumkan sumbernya, Nikkie melaporkan Inggris menunjuk NEC Corp dan Fujitsu Ltd sebagai pemasok teknologi 5G alternatif selain Huawei. Nikkei mengatakan, pejabat pemerintah Inggris bertemu dengan pejabat pemerintah Jepang di Tokyo.

Baca Juga

Pertemuan ini dilakukan dua hari setelah Inggris meminta peralatan Huawei dibersihkan dari jaringan 5G pada 2027. Inggris sedang bersiap meninggalkan Uni Eropa setelah masa transisi berakhir pada 31 Desember mendatang.

Isu keamanan Huawei dalam proyek pembangunan jaringan 5G memaksa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memilih antara AS dan Cina. Ia harus mempertimbangkan antara persekutuan dan investasi miliar pounds.

Nikkei melaporkan langkah terbaru Inggris ini menunjukkan negara itu ingin mengembangkan persaingan dalam proyek jaringan 5G. Sehingga dapat menurunkan biaya yang mungkin akan mereka keluarkan.

Kedutaan Besar Inggris di Tokyo dan Fujitsu tidak menjawab permintaan komentar. Kantor Kabinet Menteri Jepang dan NEC tidak menjawab telepon. Huawei dan Kementerian Luar Negeri Cina belum berkomentar.

Pada pekan lalu Menteri Digital Inggris Oliver Dowden mengatakan Negeri Tiga Singa akan bekerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk mencari pesaing Huawei. Ia menyebutkan perusahaan-perusahaan dari Finlandia, Swedia, Korea Selatan dan Jepang. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement