Ahad 19 Jul 2020 10:33 WIB

Barcelona Kembali Berlakukan Lockdown Akibat Covid-19 Naik

Barcelona kembali menutup tempat hiburan dan melarang pertemuan massal.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Sejumlah orang duduk di kursi pinggir laut di Barcelona, Spanyol, Ahad (3/5). Warga Spanyol memenuhi jalan-jalan kota untuk melakukan olahraga setelah tujuh minggu mengalami lockdown sebagai upaya melawan Covid-19
Foto: AP/Emilio Morenatti
Sejumlah orang duduk di kursi pinggir laut di Barcelona, Spanyol, Ahad (3/5). Warga Spanyol memenuhi jalan-jalan kota untuk melakukan olahraga setelah tujuh minggu mengalami lockdown sebagai upaya melawan Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Jalan-jalan Barcelona kembali kosong pada Sabtu (18/7), dengan jutaan orang diinstruksikan untuk tinggal di rumah ketika pembatasan Covid-19 kembali diberlakukan. Hal itu dilakukan menyusul lonjakan jumlah infeksi di wilayah tersebut selama sepekan terakhir.

"Ini bencana," kata Maria Quintana (35 tahun), memandangi teras barnya yang kosong di dekat Sagrada Familia di kota kedua Spanyol di mana jumlah kasus baru telah meningkat tiga kali lipat menjadi 800 orang dalam seminggu.

Baca Juga

Dalam sebuah pengumuman pada Jumat (17/7), pemerintah daerah Catalan mendesak hampir 4 juta penduduk metropolitan Barcelona untuk tinggal di rumah kecuali benar-benar diperlukan. Pemerintah melarang pertemuan lebih dari 10 orang dan menutup bioskop, teater, dan klub malam.

"Kami baru saja mulai melihat hal-hal hidup kembali dengan kedatangan beberapa wisatawan asing, jadi ini adalah langkah mundur," kata Quintana.

Dengan larangan layanan makan di tempat, tidak ada kursi di bar, dan tidak ada pelanggan di luar ruangan.

Pembatasan baru terjadi hanya empat minggu setelah Spanyol mengakhiri keadaan daruratnya ketika 47 juta penduduknya menjadi sasaran salah satu lockdown paling ketat di dunia untuk memperlambat penyebaran virus yang telah menewaskan lebih dari 28.400 orang di negara itu.

Lockdown nasional, yang juga menutup perbatasan Spanyol, berdampak pada ekonomi yang sangat besar, terutama pada sektor pariwisata yang berharap dapat menutup sebagian dari kerugiannya selama musim panas. Tetapi pada Sabtu (18/7) pagi, hampir tidak ada turis di luar Sagrada Familia, salah satu landmark Spanyol yang paling banyak dikunjungi dan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui batasan baru.

Menurut Joan Lopez (39 tahun), pemilik sebuah kios, meskipun kota membutuhkan pariwisata, dia lega pihak berwenang mengambil langkah tegas untuk mengurangi virus.

"Orang tidak mendengarkan rekomendasi. Hari ini kota itu tampak kosong, tapi itu karena mereka semua pergi untuk akhir pekan, sebelum mereka menutup kita." kata Lopez.

Meskipun pemerintah daerah meminta penduduk untuk tidak pergi ke rumah kedua, otoritas lalu lintas mencatat keberangkatan 350 ribu kendaraan menuju daerah pantai terdekat.

"Ini kesalahan. Langkah selanjutnya adalah pengurungan rumah (wajib)." kata Dr Jacobo Mendioroz, kepala penanganan Covid-19 di kawasan itu.

Melonjaknya kasus-kasus baru telah menyebabkan kritik sengit terhadap pemerintah daerah Catalonia yang pro-kemerdekaan karena tidak dipersiapkan dengan lebih baik. Selama lockdown itu, kepemimpinan Catalan telah dengan keras mengkritik pemerintah pusat di Madrid, bersikeras bahwa mereka akan melakukan pekerjaan yang lebih baik jika mereka merdeka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement