Sabtu 18 Jul 2020 05:46 WIB

Rajin Sholat, Rajin Maksiat, Bagaimana Pandangan Agama?

Sesungguhnya sholat mencegah perbuatan maksiat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Rajin Sholat, Rajin Maksiat, Bagaimana Pandangan Agama?
Foto: AP/Amr Nabil
Rajin Sholat, Rajin Maksiat, Bagaimana Pandangan Agama?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi umat Islam yang baligh, sholat adalah kewajiban. Meninggalkan maksiat juga kewajiban. Kedua-duanya saling berkaitan dan menguatkan kadar keimanan seseorang. Namun apa jadinya apabila terdapat seseorang yang rajin sholat tapi juga rajin berbuat maksiat?

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Az-Zawajir an Iqtiraf Al-Kabair menjelaskan, orang yang menampakkan keshalihannya (baik itu mengerjakan sholat, puasa, dan zakat) namun masih mengerjakan hal-hal yang dilarang Allah diganjar dosa. Maksiat yang dilakukan orang yang rajin sholat itu merupakan pertanda runtuhnya ketakwaan dan rasa takutnya kepada Allah SWT.

Baca Juga

Jika dia rajin sholat tapi masih melakukan maksiat secara sembunyi-sembunyi tapi dipenuhi rasa penyesalan, Syekh Muhammad Al-Mukhtar mengatakan hal itu adalah orang tersebut bukanlah orang yang menantang Allah. Tapi perbuatan maksiatnya tidak dibenarkan, artinya dibutuhkan pertaubatan dan tidak mengulanginya kembali.

Pada hakikatnya, fungsi sholat sendiri pun dapat menghindarkan manusia dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Ankabut penggalan ayat 45 berbunyi: “Inna as-shalata tanha anil-fahsya-i wal-munkari.” Yang artinya: “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar."

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement