Jumat 17 Jul 2020 20:55 WIB

KKP Kembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami

Sistem peringatan tsunami akan manfaatkan pengukuran muka air secara real time

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tsunami (ilustrasi) . Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan tengah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami berbasis pemantauan muka air. Edhy mengatakan komponen keterlibatan dan budaya kesadaran masyarakat juga harus diperkuat secara bersamaan.
Foto: Dok Republika
Tsunami (ilustrasi) . Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan tengah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami berbasis pemantauan muka air. Edhy mengatakan komponen keterlibatan dan budaya kesadaran masyarakat juga harus diperkuat secara bersamaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan tengah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami berbasis pemantauan muka air. Edhy mengatakan komponen keterlibatan dan budaya kesadaran masyarakat juga harus diperkuat secara bersamaan. 

"Sistem sederhana ini memanfaatkan pengukuran muka air secara real time dan dapat memberikan peringatan dini secara cepat ke perangkat yang ditetapkan melalui email dan SMS)," kata Edhy dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (17/7). 

Edhy mengatakan perencanaan tata ruang pantai dan memberdayakan masyarakat, serta menilai peran mereka adalah kunci keberhasilan mitigasi tsunami. Dia menuturkan komponen kultural dalam kerangka mitigasi gelombang tsunami juga penting dalam mendorong para peneliti di Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) untuk mengembangkan sebuah alat deteksi tsunami yang dapat diproduksi, dijaga, dan dipelihara langsung oleh masyarakat dan melengkapi sistem eksisting yang ada. 

Dia mengatakan, alat sistem peringatan dini tsunami tersebut diberi nama Inexpensive Device for Sea Level measurement (IDSL) atau Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air (PUMMA) laut. Sistem tersebyt merupakan buah karya kerja sama antara Pusriskel BRSDM KKP, Joint Research Centre – European Comission, Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI), dan Badan Informasi Geospasial (BIG). 

“Alat ini tidak hanya memberikan informasi langsung tentang perubahan kenaikan permukaan laut karena anomali yang tiba-tiba tetapi juga memperkuat kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap peristiwa tsunami di masa depan,” ungkap Edhy. 

Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja menuturkan hingga saat ini, alat PUMMA telah dipasang sebanyak empat unit di Pangandaran, Marina Jambu, Pulau Sebesi, dan Pelabuhan Sadeng. Empat unit tambahan rencananya akan dipasang dalam waktu dekat sehingga total alat PUMMA yang akan dipasang sebanyak delapan unit. 

"Ke depan alat-alat sejenis PUMMA akan dikembangkan secara mandiri melibatkan UMKM dan kampus - kampus sehingga dapat memenuhi kebutuhan luasnya wilayah Indonesia yang memerlukan sistem peringatan dini tsunami mandiri dan belum terjangkau oleh sistem eksisting," ujar Sjarief. 

Sjarief menilai hal tersebut merupakan langkah pertama kami untuk meningkatkan peran komunitas masyarakat pesisir dalam mitigasi bencana. Sjarief mdmastikan akan terus menguji dan mengembangkan inovasi dan terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan terkait di dalam dan di luar Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement