Adolf Heuken dalam bukunya Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta menceritakan, di abad itu, norma dan ajaran agama masih dipegang kuat. Sehingga kelakuan Saartje dan Pieter Contenhoef tidak dapat ditolerir.
Tanpa tedeng aling-aling, Coen pun menjatuhkan hukuman mati kepada Pieter Contenhoef. Tiang gantungan sudah disiapkan anak buah Coen di Stadhuis atau Balai Kota, --kini menjadi Museum Sejarah Jakarta. Namun hukuman untuk Contenhoef akhirnya diputuskan lewat pengadilan sesuai hukum yang berlaku saat itu.
JP Coen, Gubernur Jenderal Batavia.
Dewan kehakiman atau Raad van Justitie yang berkantor di Balai Kota melakukan sidang. Pada 18 Juni 1629 Raad van Justitie pun menetapkan kedua sejoli tersebut bersalah. Contenhoef dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal keesokan harinya, atau 19 Juni 1629.
Sebelum mencabut nyawa Pieter Contenhoef, Coen yang merasa dipermalukan, mencoreng hidung Pieter Contenhoef dengan arang sebagai bentuk penghinaan karena perbuatan cabulnya. Coretan arang di kulit putih Pieter Contenhoef membuat hidungnya terlihat belang-belang.
Saat kepala Pieter Contenhoef terpisah dari badannya dan menggelinding di tanah usai dipenggal algojo, ratusan orang melihat hidung Pieter Contenhoef belang-belang. Sejak saat itu, sebutan hidung belang menyebar dan disematkan kepada pria genit dan sering main perempuan.
Lantas bagaimana nasib Saartje? Sebenarnya ia nyaris mendapatkan hukuman serupa seperti kekasihnya, tetapi nyawanya selamat. Meski begitu, Saartje tetap mendapatkan hukuman, yakni dicambuk dengan keadaan setengah badan tanpa mengenakan pakaian di depan ratusan warga Batavia dan jenazah kekasihnya.
Tak lama setelah kejadian itu, Coen meninggal dunia. Coen disebut meninggal akibat wabah malaria atau kolera di saat bersamaan dengan diserangnya Batavia oleh tentara Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.
Usai kejadian itu, Jacquees Specx, ayah Saartje pulang ke Batavia dan diangkat menjadi Gubernur Jenderal. Ia lalu menikahkan putrinya dengan Georgius Candidius, seorang pendeta Calvinis. Saartje pun menemani suaminya ke basis dagang Belanda di Formosa -- kini Taiwan. Di sana Saartje dikabarkan meninggal dunia pada 1636 atau ketika berusia 19 tahun.