Kamis 16 Jul 2020 17:10 WIB

Disdik Jabar, Berikan Kuota Internet untuk Siswa PJJ

Total anggaran disediakan di enam bulan ini kurang lebih Rp 770 miliar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Dedi Supandi, (kanan) menjelaskan siswa di Jabar akan dapat kuota internet untuk PJJ
Foto: istimewa
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Dedi Supandi, (kanan) menjelaskan siswa di Jabar akan dapat kuota internet untuk PJJ

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan kuota internet gratis bagi murid SMP dan SMA untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ). Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Dedi Supandi, biaya untuk memberikan kuota dari Biaya Operasional Sekolah (BOS). 

Dedi mengatakan, BOS semula bagian dari program biaya gratis murid SMP dan SMA. Namun, sekarang ada pengalihan untuk biaya kuota internet karena menyesuaikan kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa sebagian besar proses belajar mengajar dilakukan secara daring.

Kebijakan ini pun, akan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan survei yang sudah dilakukan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah keluhan mengenai beban untuk membeli kuota internet. Teknis pemberiannya, kuota dibeli dan disediakan oleh pihak sekolah untuk kemudian didistribusikan kepada masing-masing murid rata-rata senilai Rp 150 ribu.

“Di sekolah ini ada dana dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah dari pemerintah pusat) dan ada dari BOP. Nah BOP ini berasal dari APBD Jabar yang fungsinya adalah menggratiskan SPP bagi siswa SMA dan SMK negeri. Jadi mereka ini SPP dibayar gratis Pemprov Jabar,” ujar Dedi di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (16/7).

Menurutnya, total anggaran disediakan di enam bulan ini kurang lebih Rp 770 miliar. Dari jumlah itu, terbagi menjadi membayar SPP siswa. "Nah penggunaanya di sekolah di era pandemi ini dibantu juknis (petunjuk teknis) ini salah satunya untuk membeli kuota internet," katanya.

Kuota ini, kata dia, akan diberikan langsung kepada siswa. "Sehingga, mereka tidak akan mengeluh ini menjadi hal yang terbebani dalam belajar daring (online),” katanya.

Saat ditanya mengenai kebijakan sekolah luring (offline), Dedi mengatakan, tetap ada khususnya di wilayah atau desa blank spot (minim sinyal). Mereka yang berada di wilayah tersebut takan mendapat buku yang dikirim melalui PT Pos ke masing-masing rumah.“Atau bisa ditentukan, siswa yang ada di wilayah blank spot kumpul satu titik, belajar berbarangen misal di satu desa, gurunya datang atau pakai TV besar," katanya.

Tapi, kata dia, ini tidak setiap hari, hanya untuk belajar di era pandemik. Sehingga, ketika guru dan anak kembali ke sekolah anak sudah bisa belajar mandiri. Disinggung mengenai penggunaan BOS, kata Dedi, peruntukannnya berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan pihak sekolah. Tapi, intinya murid yang sudah mendapat bantuan dari BOP tidak boleh menerima bantuan serupa dari sumber dana BOS. 

Berkaitan dengan pengawasan agar penggunaan kuota internet tidak disalahgunakan, Dedi menyerahkannya kepada pihak sekolah dan orang tua. "Itu nanti kita sudah sampaikan ke orang tua. Bagaimanapun pengawasan keluarga lebih efektif  dan kita ingatkan di grup (aplikasi pesan) juga yang ada orang tuanya,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement