Oleh: Dr Heny Yuniarti M.KM.,SpGK
REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit Corona atau Covid-19 yang menjadi pandemi saat ini telah menyebabkan angka kematian yang tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Angka kematian yang tinggi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya penderita yang berusia tua atau adanya penyakit lain sebelum penderita terinfeksi covid-19, seperti hipertensi, jantung, Diabetes Mellitus, dan penyakit paru-paru.
Hal yang menarik lainnya adalah didapatkannya peningkatan jumlah penderita yang berusia muda dan memiliki berat badan yang gemuk atau tergolong kedalam obesitas. Obesitas (obese) adalah kondisi tubuh dengan akumulasi lemak yang berlebih, yang berhubungan dengan pengaruh yang merugikan pada kesehatan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah berat badan kita tergolong obese atau tidak. Cara yang umum dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT didapatkan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan kuadrat (meter)2. Di bawah ini adalah klasifikasi berat badan berdasarkan IMT
Tabel 1 Klasifikasi berat badan Berdasarkan IMT
Klasifikasi
|
IMT (kg/m2)
|
Underweight
|
< 18.5
|
Normoweight
|
18.5-22.9
|
Overweight
|
23-24.9
|
Obese kelas 1
|
25-30
|
Obese kelas 2
|
30-35
|
Obese kelas 2
|
≥35
|
Sebagai contoh, jika berat badan anda 55 kg dengan tinggi badan 1.6 meter, maka IMT anda adalah 55/(1.6x1.6)2 = 21.4 kg/m2 dan termasuk dalam katagori normoweight, namun jika berat badan anda adalah 80 kg dengan tinggi badan 1.6 meter maka IMT anda adalah 80/(1.6x1.6)2= 31.2 kg/m2 masuk dalam katagori Obese kelas 2. Cara kedua dengan mengukur lingkar perut, jika anda memilki lingkar perut > 90 cm pada pria dan lingkar perut >80 cm pada wanita maka itu menjadi salah satu indikator obesitas pada perut (obesitas sentral).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Simonnet A dkk di Perancis menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan obese kelas 2 memiliki risiko 7,36 kali lebih tinggi untuk membutuhkan ventilator selama perawatan di rumah sakit, dibandingkan dengan penderita COVID-19 yang memiliki berat badan normal. Artinya, penderita covid-19 dengan obese memiliki perjalanan penyakit yang lebih berat dibandingkan penderita covid-19 dengan berat badan normal; sehingga mereka lebih banyak membutuhkan bantuan ventilator.
Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan penderita Covid-19 dengan obese cenderung menjadi lebih parah. Pertama karena adanya peningkatan konsentrasi Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2). ACE-2 adalah sejenis enzim di tubuh kita yang berperan sebagai receptor (penerima) di permukaan sel untuk masuknya virus corona. ACE-2 ini diekspresikan di berbagai bagian tubuh seperti saluran pernafasan, jantung dan ginjal. Temuan terbaru didapatkan adanya peningkatan ekspresi reseptor ACE-2 dalam jaringan adiposa/ lemak. Hal ini berarti jika kita memiliki lebih banyak sel lemak maka hal itu sama dengan memiliki lebih banyak enzim ACE-2 sebagai reseptor (penerima) virus corona.
Kedua adanya inflamasi (peradangan) kronis pada penderita obese. Sel lemak yang berlebih pada penderita obese itu sendiri mengeluarkan sejenis protein untuk peradangan tubuh yang dikenal dengan istilah sitokin proinflamasi seperti TNF-a, dan IL-6; yang memicu keadaan inflamasi kronis tingkat rendah pada obesitas sehingga menyebabkan gangguan kekebalan tubuh dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini menyebabkan penderita obese akan lebih mudah untuk mendapatkan berbagai penyakit metabolik seperti hipertensi, Diabetes Mellitus dan jantung.
Ketiga, adanya pengurangan total kapasitas paru-paru pada penderita obese, kondisi ini yang menyebabkan kita sering melihat adanya penderita obese yang mudah lelah atau mengalami nafas pendek ketika selesai melakukan aktivitas seperti berlari pendek, berjalan atau menaiki tangga. Dari ketiga hal diatas menyebabkan penderita obese lebih mudah terinfeksi covid-19; dan ketika sudah terinfeksi covid-19 lebih rentan untuk mengalami perburukan sehingga banyak yang membutuhkan ventilator selama perawatan.
Lalu bagaimana jika kita sudah memiliki berat badan yang berlebih/ obese di masa pandemi ini? Untuk langkah awal anda dapat mengurangi konsumsi gula seperti mengurangi takaran gula dalam teh manis atau kopi yang sering di konsumsi sehari-hari dan mengurangi makanan olahan yang dibuat dari tepung seperti kue tar, roti manis, biskuit serta menggantinya dengan menambah asupan serat dari sayur dan buah.
Saat pandemi ini dimana kita di anjurkan untuk lebih banyak melakukan aktivitas dirumah, maka jangan lupa untuk tetap semangat melakukan aktivitas fisik ditambah kegiatan olahraga yang bisa kita lakukan di sekitar rumah seperti jalan pagi, berlari-lari kecil atau menyediakan sepeda statis dirumah.
Anda juga dapat berkonsultasi dengan ke dokter Spesialis Gizi Klinis terdekat untuk mendapatkan pengelolaan berat badan dengan menu diet yag sehat dan seimbang. Terakhir, tetap berpikir positif dan sama-sama berdoa agar pandemi corona ini segera berlalu dari kehidupan kita.