Kamis 16 Jul 2020 04:40 WIB

Sembilan Pasien DBD Meninggal di Karawang

Kasus DBD juga perlu diwaspadai di tengah pandemi Covid-19.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana di salah satu ruangan perawatan bagi pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Suasana di salah satu ruangan perawatan bagi pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Di tengah masa pandemi, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Karawang juga masih mengalami peningkatan. Masyarakat pun diminta juga harus mewaspadai penyakit ini.

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Karawang, Fitra Hergyana mengatakan Covid-19 memang menjadi perhatian besar saat ini. Namun bahaya DBD juga tidak boleh diremehkan. Laporan Dinas Kesehatan Karawang, jumlah kasus DBD selama periode Januari-Juli sudah terjadi 827 kasus. 

Baca Juga

"Sudah ada sembilan orang yang meninggal dunia karena DBD. Ini jadi perhatian juga karena ada peningkatan selama pandemi Covid-19," kata Fitra dalam laporannya, Rabu (15/7). 

Ia mengatakan Gugus Tugas Nasional bahkan meminta masyarakat waspada ancaman DBD di saat masih melawan Covid-19. DBD menjadi salah satu tantangan terberat tak hanya bagi pemerintah saja, tapi juga beban kesehatan masyarakat yang juga mengancam kesehatan.

Ia meminta warga untuk menjaga kebersihan lingkungan secara rutin satu bulan sekali. Sehingga perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti bisa ditekan. “Sekarang kita mulai produktif kembali, maka, mari perhatikan saluran air, tempat nyamuk bertelur, dan tempat dengan reservoir air,” ujarnya. 

Fitra menyampaikan Iangkah pencegahan dengan melakukan 3M. Yakni menguras penampungan air bersih atau mengeringkan genangan air, menutup kolam atau wadah penampungan air dan mengubur barang bekas atau mendaur ulang limbah bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement