Rabu 15 Jul 2020 14:44 WIB

Jabodetabek Berpotensi Surplus 42 Ribu Ton Daging Qurban

Ada kesenjangan yang besar dalam penyaluran daging qurban.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Jabodetabek Berpotensi Surplus 42 Ribu Ton Daging Qurban.
Foto: ADENG BUSTOMI/Antara Foto
Jabodetabek Berpotensi Surplus 42 Ribu Ton Daging Qurban.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan perhitungan Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), daerah dengan potensi surplus qurban terbesar didominasi daerah perkotaan di Pulau Jawa. Sehingga terdapat potensi kesenjangan yang besar dalam penyaluran daging qurban jika tidak dilakukan rekayasa sosial.

Peneliti IDEAS, Askar Muhammad menjelaskan daerah surplus qurban di kota-kota di Pulau Jawa. Di antaranya Jakarta surplus 24 ribu ton daging qurban, Bandung surplus 6.000 ton, Surabaya serta Bekasi surplus 5.000 ton, dan Depok serta Tangerang surplus 3.000 ton.

Baca Juga

"Sedangkan daerah dengan potensi defisit qurban terbesar didominasi daerah perdesaan Jawa, yaitu Kabupaten Cianjur defisit 2.000 ton, Jember defisit 1.600 ton, Garut defisit 1.500 ton, Grobogan serta Brebes defisit 1.300 ton, dan Cirebon serta Probolinggo defisit 1.200 ton," kata Askar saat diskusi hasil riset IDEAS bertema 'Ekonomi Kurban 2020, Memberdayakan Peternakan Rakyat', Rabu (15/7).

Ia menambahkan, Jabodetabek sebagai wilayah metropolitan termaju dan terbesar di Jawa berpotensi menghasilkan 47 ribu ton daging qurban, namun kebutuhan mustahik di Jabodetabek hanya sekitar 5.000 ton daging kurban. Sehingga terdapat potensi surplus 42 ribu ton daging di Jabodetabek.

Namun tidak jauh dari Jabodetabek, perdesaan di Banten Selatan yaitu Kabupaten Pandeglang dan Lebak hanya berpotensi menghasilkan 260 ton daging kurban, tapi kebutuhan mustahiknya mencapai 1.500 ton daging qurban. Sehingga terdapat potensi defisit 1.250 ton daging.

Ia mengatakan, dari fakta potensi daerah surplus dan defisit qurban ini, maka program pendistribusian hewan qurban keluar dari daerah asal shahibul qurban (pequrban) yang banyak dilakukan lembaga amil zakat saat ini adalah tepat dan positif. Program tebar hewan qurban dari daerah surplus ke daerah minus yang dipelopori oleh Dompet Dhuafa sejak 1994 ini penting.

"Supaya distribusi qurban yang tepat sasaran dan signifikan untuk pemerataan dan peningkatan kesejahteraan si miskin," ujarnya.

Peneliti IDEAS, Ahsin Algorizy menambahkan, untuk mengurangi gap area surplus dan defisit qurban perlu rekayasa sosial. Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki peran penting mengatasi mismatch dengan memberikan layanan qurban lebih tepat sasaran yang bisa dipertanggungjawabkan ke pequrban.

Ia juga merekomendasikan, LAZ atau Badan Amil Zakat (BAZ) bisa mengembangkan inovasi pola kemitraan yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dengan membangun sistem agribisnis (upstream downstream) yang saling menguntungkan. Dengan berbagai batasan sumber daya yang dimiliki oleh peternakan rakyat di Indonesia, mereka memiliki potensi ke arah industri peternakan terintegrasi.

"Peluang membangun kemitraan dengan stakeholder rantai pasok lebih luas seperti dengan investor dan pengusaha daging," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement