Rabu 15 Jul 2020 14:29 WIB

Sekelompok Warga Israel Bakar Bendera Turki, Ankara Geram

Warga Israel membakar bendera Turki karena menolak Hagia Sophia jadi masjid.

Rep: Dwina Agustin/Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Bendera Turki
Bendera Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintahan Ankara mengutuk pembakaran bendera Turki di depan Konsulat di Yerusalem timur, Selasa (14/7). Pelaku pembakaran diminta untuk diadili dan memberikan pertanggungjawaban atas tindakan yang sudah dilakukan tersebut.

"Kami mengutuk pembakaran bendera kami selama demonstrasi yang diadakan di dekat Konsulat Jenderal Turki di Yerusalem pada 13 Juli 2020," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari dailysabah.

Baca Juga

Sekelompok warga Israel yang terdiri dari sembilan orang membakar bendera Turki di depan Konsulat Turki di Yerusalem timur pada Senin (13/7). Unjuk rasa ini untuk memprotes keputusan Turki mengubah ikon Istanbul, Hagia Sophia, kembali menjadi masjid.

Laporan Anadolu Agency menyatakan, kelompok yang menamakan dirinya Jerusalem Initiative terdiri dari orang-orang Kristen, Yahudi, dan setidaknya satu orang dari tentara Israel. Ketua kelompok Elias Zarina, meminta Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mendukung dan melindungi orang-orang Kristen di seluruh dunia.

Anggota kelompok tersebut mengibarkan bendera Yunani dan Kekaisaran Bizantium. Mereka pun menggantung spanduk dengan slogan-slogan anti-Turki di luar konsulat. Akibat peristiwa itu, polisi Israel pun telah menahan orang yang membakar bendera Turki.

"Tidak ada yang berhak menodai bendera kami yang mulia. Kami menuntut para pelaku tindakan keji ini diadili secepat mungkin dan dimintai pertanggungjawaban," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.

Pengadilan administrasi utama Turki pada 10 Juli membatalkan dekrit pemerintah 1934 yang menjadikan Hagia Sophia sebagai museum. Putusan Dewan Negara negara ini membuka jalan mengubah kembali sebagai masjid setelah jeda 85 tahun. Sebelumnya, Hagia Sophia itu telah menjadi masjid selama hampir 500 tahun. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan kompleks bersejarah itu akan siap untuk melakukan shalat Jumat pada 24 Juli. Dwina Agustin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement