Rabu 15 Jul 2020 06:07 WIB

Liberalisme Kian Menggila, Orang Tua Harus Waspada

Pergaulan remaja yang bablas tak lepas dari pengaruh liberalisme.

Rep: Retizen/ Red: Elba Damhuri
Smartphone/ponsel biasa dipakai remaja. Ilustrasi
Foto: LA Times
Smartphone/ponsel biasa dipakai remaja. Ilustrasi

RETIZEN -- Penulis: Herni Kusmiati, SPd.I*

Sungguh miris dan menyesakkan dada, beberapa hari lalu kita disuguhi berita 37 pasang siswa SMP digrebek di hotel diduga hendak melakukan pesta seks (08/07). 

Mereka terjaring tim gabungan TNI/Polri bersama Pemerintah Kecamatan Pasar Kota Jambi yang menggelar razia penyakit masyarakat (pekat).

Pergaulan remaja di era digital memang nyaris tanpa batas, mereka bisa mencari informasi apa saja, di mana saja. Tidak dibatasi ruang dan waktu. 

Semuanya ada dalam genggaman, cukup berselancar di dunia maya dengan gawai yang mereka miliki. Maka, semua informasi yang diinginkan bisa didapatkan dengan cepat.

Tentu saja sebagai orang tua kita merasa khawatir dengan kondisi saat ini. Karena gawai dan internet adalah kebutuhan yang tidak bisa dielakkan. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang, di mana sekolah pun masih harus berjalan secara daring, maka tidak heran jika anak-anak pun menggunakan handphone sebagai sarana belajar mereka.

Sayangnya, terkadang kita sebagai orangtua lalai untuk memperhatikan apa saja yang mereka cari melalui handphone mereka. Benarkah hanya sebatas kebutuhan belajar atau malah lebih banyak membuka informasi unfaedah yang menjerumuskan mereka pada pergaulan yang salah?

Selain mudahnya memperoleh informasi, yang tak kalah mengkhawatirkan adalah merebaknya pemikiran liberal ditengah-tengah masyarakat. Tak terkecuali di kalangan remaja. Pacaran dianggap hal lumrah, termasuk oleh orangtua. 

Bahkan tak sedikit orang tua yang merasa bangga ketika anak gadisnya dijemput main oleh teman pria anaknya.

Sesungguhnya pemahaman liberal ini sudah merasuk ke dalam jiwa masyarakat sejak lama. Sehingga, apa yang kita lihat hari ini adalah hasil dari merebaknya paham liberal.

Di sinilah kita sebagai orangtua harus waspada. Senantiasa mengawasi dan memantau penggunaan gawai oleh putra-putri kita. 

Dan sudah seharusnya kita pun membekali anak-anak dengan pemahaman yang benar tentang pergaulan. Tentu, sebagai muslim pedoman hidup kita adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Untuk mencegah bebas dan bablasnya pergaulan, kita sebagai orang tua sudah diberikan pedoman dalam mendidik anak. 

Pertama, anak usia 0-7 tahun diperlakukan bak raja, melayani mereka dengan sepenuh hati adalah hal terbaik yang harus dilakukan orang tua. 

Kedua, anak usia 8-14 tahun, perlakukan mereka seperti tawanan. Rentang usia ini adalah waktu yang tepat untuk membiasakan mereka dengan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan. 

Sebagaimana Rasulullah memerintahkan kita agar mengajarkan shalat pada anak usia 7 tahun, bahkan boleh memberikan hukuman yang mendidik bila anak berani meninggalkan shalat padahal usianya sudah 10 tahun.

Mengapa? Karena rentang usia 8-14 tahun anak harus dipersiapkan memasuki fase aqil baligh.

Adapun yang ketiga, anak usia 15-21 tahun, perlakukan mereka sebagai sahabat, berbicaralah dari hati ke hati, beri mereka kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar. 

Karena pada rentang usia ini, anak sudah baligh. Artinya mereka sudah harus bertanggung atas semua perbuatannya. Baik dan buruknya amal harus siap mempertanggungjawabkan.

Masya Allah, seperti itulah Islam memberikan panduan kepada setiap orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Dengan memberikan pemahaman Islam yang benar dalam proses mendidik mereka, maka Insya Allah paham liberal bisa dihempaskan jauh-jauh dari generasi muslim.

Semoga kita diberikan kemampuan untuk mendidik mereka sesuai panduan Islam agar mereka tumbuh menjadi generasi muslim yang tangguh, yang bangga dengan identitas keislamannya.

Wallahu a'lam bisshowab.

*Herni Kusmiati, SPd.I*, Pendidik dan Pemerhati Sosial asal Kota Banjar, Jawa Barat

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement