Rabu 15 Jul 2020 00:12 WIB

Pengusaha di Bekasi Diminta Anggarkan Penanganan Covid-19

Perusahaan dinilai perlu menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Petugas medis menunjukkan alat tes cepat (rapid test) COVID-19 buatan dalam negeri.
Foto: ANTARA FOTO
Petugas medis menunjukkan alat tes cepat (rapid test) COVID-19 buatan dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG-- Pengusaha kawasan industri di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat diminta mengakomodasi anggaran penanganan COVID-19 untuk mencegah karyawan terpapar virus. Perusahaan juga diminta membantu pemerintah daerah dalam upaya memutus rantai penyebaran virus corona di sektor kawasan industri.

"Jangan itung-itungan dan jangan pelit soal kesehatan karyawan karena kalau sampai makin banyak yang terpapar virus maka kerugian yang dialami perusahaan akan semakin besar lagi," kata Ketua Umum Asosiasi Praktisi Human Resource Indonesia Yosminaldi melalui keterangan resminya di Cikarang, Selasa (14/7).

Baca Juga

Dia menilai penerapan protokol kesehatan secara ketat di seluruh perusahaan yang berada di dalam kawasan industri lebih efektif dari segi anggaran. Yosminaldi meminta perusahaan tidak perhitungan untuk mengeluarkan anggaran protokol kesehatan ketat bagi para karyawan sebelum penyebaran COVID-19 semakin meluas lagi.

"Mumpung masih sedikit yang terkena COVID-19 diimbau kepada perusahaan-perusahaan di kawasan industri untuk segera memprioritaskan anggaran tersebut," ucapnya.

Anggaran itu dapat dialokasikan untuk pengadaan cairan disinfektan yang disemprotkan secara rutin kepada karyawan yang keluar-masuk area perusahaan. Selain itu juga untuk  pengadaan sabun cuci tangan dan penyanitasi tangan di sejumlah titik strategis, serta pembelian masker secara berkala.

Selain itu yang tidak kalah penting adalah pelaksanaan tes cepat dan tes usap kepada seluruh karyawan secara berkala. Hal ini  untuk memastikan kondisi kesehatan karyawan sekaligus mendeteksi penyebaran COVID-19 agar tidak menyebar luas.

"Rapid Test dan Swab Test PCR rutin juga penting untuk memutus rantai penyebaran virus. Biaya yang dikeluarkan untuk tes tersebut belum seberapa jika dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan jika ada karyawan yang terpapar corona," ungkapnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement