Selasa 14 Jul 2020 21:09 WIB

Ibrahim Tetap Lembut dan Santun Sampaikan Dakwah ke Bapaknya

Ibrahim selalu berdo'a dan memohonkan ampunan bagi diri dan ibu bapaknya kepada Allah

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ibrahim Tetap Lembut dan Santun Sampaikan Dakwah ke Bapaknya. Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: Mgrol120
Ibrahim Tetap Lembut dan Santun Sampaikan Dakwah ke Bapaknya. Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Ibrahim alaihissalam adalah sosok yang begitu lembut hatinya lagi penyantun. Sifat lembutnya itu terwujud salah satunya dalam sikap dan caranya dalam menyampaikan dakwah kepada bapaknya, seorang pembuat dan penjual sekaligus penyembah patung berhala.

Nabi Ibrahim berupaya mengajak bapaknya menuju pada kebaikan, seperti yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT. Dakwah kepada bapaknya itu adalah dakwah Nabi Ibrahim yang pertama.

Namun demikian, Nabi Ibrahim tidak serta merta menyampaikan ajaran-Nya dengan bersikap kasar terhadap bapaknya tersebut. Sebagai pembawa wahyu, beliau justru berbicara dengan cara yang lemah lembut kepada bapaknya yang bernama Aadzar tersebut.

Demikian perkataan Nabi Ibrahim saat berupaya mengajak bapaknya menuju hidayah, "Wahai Bapakku, janganlah engkau menyembah batu yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat. Dan yang tidak dapat memberikan suatu manfaat kepadamu, juga tidak dapat mencegah keburukan dari engkau."

Mengutip buku berjudul "Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Quran" oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Ibrahim terus mengulangi kata-kata nasihat itu dengan cara yang lembut. Beliau tidak pernah mengecap bapaknya sebagai orang yang bodoh lantaran mau menyembah berhala.

Dengan penuh kelembutan, Nabi Ibrahim berkata pula kepada bapaknya. "Wahai bapakku, sesungguhnya aku telah diberi pengetahuan tentang berbagai sifat Allah SWT yang tidak kamu ketahui, terimalah nasihatku ini. Turutilah ajakanku agar aku dapat menunjukimu ke arah keselamatan."

Ibrahim tidak henti-hentinya menyerukan kebenaran kepada bapaknya. Ia berkata lagi, "Wahai bapakku, jangan sampai kamu turuti ajakan setan yang mengajakmu kepada kekafiran dan menyembah berhala. Sesungguhnya setan adalah makhluk yang selalu berbuat maksiat serta bersikap takabur kepada Allah. Orang yang tunduk kepada setan akan mudah untuk dibujuk."

"Wahai bapakku, aku takut jika kamu mati dalam keadaan kafir dan tersesat. Sehingga kamu akan mendapatkan azab dari Yang Maha Pengasih, dan setan akan menjadi temanmu yang abadi di neraka nanti."

Seruan Nabi Ibrahim ini tidak pernah diindahkan oleh bapaknya. Dengan penuh keheranan dan rasa marah, bapaknya berkata kepada Nabi Ibrahim, "Apakah kamu tidak mau menyembah tuhanku? Juga berpaling dari tuhanku?! Jika kamu tidak berhenti mencela tuhanku, aku akan lempari kamu batu."

Perkataan sang bapak tersebut kemudian dikisahkan di dalam Alquran surah Maryam ayat 46. "Bapaknya berkata, 'Bencikah kamu kepada ilah-ilahku, hai Ibrahim. Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama'."

Mendengar itu, Nabi Ibrahim tak lantas berbalik marah. Dengan kelembutan, Ibrahim berkata, "Sesungguhnya kamu tidak akan mampu menyakitiku. Dan aku akan memohon kepada Allah, agar Dia mau memberikan hidayah kepadamu, serta mau mengampuni dosa-dosamu, 'Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah Maryam ayat 47.

Meskipun mendapat penolakan keras dari bapaknya, tetapi Ibrahim selalu berdo'a dan memohonkan ampunan bagi diri dan ibu bapaknya kepada Allah. Demikian merupakan wujud bakti Ibrahim kepada orang tuanya. Dalam Alquran surah Ibrahim ayat 41 dan al-Syu'ara' ayat 86, misalnya, Ibrahim begitu rajin mendoakan orang tuanya, terutama bapaknya yang suka menyembah berhala.

Seperti dinukilkan dalam buku berjudul "Maafkan Durhaka Kami Ayah Bunda" oleh Husen Zakaria Filail disebutkan, bahwa Ibrahim tetap menunjukkan keluhuran budi pekertinya meski bapaknya ada dalam kesesatan. Setiap kali ia menasihati bapaknya, selalu diawali dengan kata 'Wahai bapakku'. Selain tutur kata lembut, geraknya dalam penyampaian dakwah juga penuh hormat.

Selain itu, Ibrahim tidak merasa lebih pintar dari ayahnya. Ia juga tidak merendahkan bapaknya atau mengumbar ilmu yang dikaruniakan oleh Allah kepada dirinya di hadapan ayahnya. Akan tetapi, ia tetap menyampaikan ajakannya itu dengan penuh kelembutan.

Ibrahim juga begitu khawatir akan ayahnya, sehingga terus berusaha memberikan pencerahan iman. Meski sang bapak membalas dengan ancaman pun, Ibrahim tetap membalasnya dengan lapang dada dan ketenangan hati. Ibrahim tetap berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu."

Bahkan menurut para alim tafsir, Ibrahim memohonkan ampunan kepada Allah bagi bapaknya itu sepanjang hayatnya. Namun, tatkala bapaknya meninggal dalam keadaan syirik (menyekutukan Allah), Ibrahim pun menghentikan doanya dan berlepas diri daripadanya. Hal demikian sebagaimana dijelaskan Alquran surah al-Taubah ayat 114.

Dikisahkan, setelah dakwahnya ditolak, Nabi Ibrahim pun meninggalkan bapaknya Aadzar beserta berhalanya. Beliau pergi berhijrah meninggalkan negaranya.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Ibrahim tinggal di kota al-Kaldaniyyiin, Babilonia, untuk beberapa waktu. Ibrahim juga sempat berdakwah pada kaumnya dan juga berhadapan dengan Raja Namrud.

Selanjutnya, Ibrahim mengembara ke Negeri Syam (Palestina). Ketika Palestina mendapat bahaya penyakit menular dan kehidupan di sana kian sulit, Ibrahim mendapat perintah berhijrah. Ia lantas hijrah ke Mesir disertai istrinya Sarah dan keponakannya Nabi Luth.

Setelah dari Mesir, Ibrahim disebutkan kembali ke Palestina. Ibrahim juga dikaruniai oleh Allah beberapa orang keturunan, termasuk Ishak dan Yakub, yang keduanya juga diangkat menjadi nabi oleh Allah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement