Selasa 14 Jul 2020 16:54 WIB

Imam Masjid Istiqlal: Tokoh Agama Selalu Hadir Kala Bencana

Kehadiran tokoh agama dalam tiap bencana sangatlah penting dan dinantikan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr Nasaruddin Umar MA menegaskan kehadiran tokoh agama dalam tiap bencana sangatlah penting dan dinantikan.
Foto: Dok KKG PAI Jakarta Pusat
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr Nasaruddin Umar MA menegaskan kehadiran tokoh agama dalam tiap bencana sangatlah penting dan dinantikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tokoh agama selalu akrab dengan musibah bahkan tak hanya bencana, mereka juga hadir dalam persoalan kemanusian. 

 

Baca Juga

Pernyataan ini disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar, saat tampil sebagai pembicara dalam Dialog Virtual Nasional Lintas Iman bertema 'Peran dan Tantangan Agama di Masa dan Pasca Pandemi' yang diselenggarakan Badan Pengelola Masjid Istiqlal pada Selasa (14/7).

 

"Di mana ada musibah di situ (ada) tokoh agama, bahkan di mana ada persoalan kemanusiaan di situ juga tokoh agama itu selalu hadir," kata Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran PTIQ Jakarta ini.      

 

Dia mengatakan, tidak perlu ada pernyataan yang mengatakan bahwa tokoh agama itu semacam pemadam kebakaran, tokoh agama dilibatkan hanya saat ada masalah saja atau tokoh agama sekadar semacam pendorong mobil mogok tapi ditinggalkan saat mobilnya jalan. 

 

Menurutnya, pernyataan seperti itu tidak pernah dikeluhkan seseorang yang betul-betul tokoh agama. Justru agama dan tokoh-tokohnya harus hadir dalam keadaan seperti itu.

 

Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengingatkan, di mana ada Nabi di sana ada tokoh-tokoh yang kontroversial dan menimbulkan masalah. Seperti adanya Firaun yang zalim, di sana diutus Nabi Musa.  

 

"Firaun itu adalah tokoh anti kemanusiaan yang luar biasa, di situ diutus Nabi (tokoh agama) untuk menyelesaikan persoalan pada masa Firaun maupun pasca-Firaun, di situlah tampil Nabi Musa," ujarnya.

 

Dulu ada Raja Namrud yang zalim, maka Nabi Ibrahim diutus ke sana. Hal yang sama terjadi ketika masyarakat yang sangat korup dipimpin oleh raja yang juga sangat korup. 

 

Maka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Syu'aib ke sana untuk mengatasi persoalan yang ditimbulkan raja yang zalim itu.

 

"Kita juga banyak melihat contoh-contoh dalam Alquran dan hadits justru kehadiran tokoh agama itu di dalam masyarakat yang penuh dengan masalah, termasuk masalah-masalah yang ditimbulkan kezaliman, juga persoalan bencana alam misalnya," ujarnya.

 

Prof Nasaruddin menceritakan, bencana alam yang paling besar pada zaman Nabi Nuh, beliau tampil sebagai sang penyelamat. Kemudian epidemi yang paling dahsyat dan diabadikan dalam Alquran yaitu epidemi Unta yang menyerang umat Nabi Shaleh.

 

Tapi di sana hadir seorang tokoh yang sangat bijaksana dalam menyelesaikan dampak-dampak bencana itu, yaitu Nabi Shaleh. 

 

"Itu (epidemi datang) karena pimpinannya waktu itu mendemonstrasikan kekafiran yang luar biasa, akhirnya ditimpakan Allah SWT dengan azab dalam bentuk epidemi," jelasnya.

 

Prof Nasaruddin mengatakan, pada zaman Nabi Luth pernah terjadi gempa yang sangat dahsyat hingga melahirkan Laut Mati. 

 

Nabi Luth diceritakan dalam Alquran menyelesaikan persoalan-persoalan pasca gempa. Nabi Muhammad juga hadir ketika keadaan masyarakat Arab telah mencapai puncak jahiliyah.

 

Jadi menurut Prof Nasaruddin, bahasa agama sangat diperlukan ketika masyarakat sedang krisis, bahasa agama sangat diperlukan ketika masyarakat sedang tegang, bahasa agama sangat diperlukan ketika manusia sedang bimbang, justru kehadiran tokoh-tokoh agama dalam era seperti Covid-19 ini sangat diperlukan karena itu kami hadir di masjid Istiqlal. 

 

Dialog Virtual Nasional Lintas Iman ini dihadiri Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin dan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang menjadi keynote speakers. Sejumlah pembicara yang hadir di antaranya Kardinal Ignatius Suharyo dari Konferensi Wali Gereja (KWI), Pendeta Gomar Gultom dari Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), dan Mayjen TNI Purn Wisnu Bawa Tenaya dari Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Hadir pula Siti Hartati Murdaya dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Budi Santoso Tanuwibowo dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, dan Nifasri sebagai Kepala Pusat Kerukunan Beragama Kemenag.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement