Selasa 14 Jul 2020 15:30 WIB

Legenda MU Sayangkan UEFA yang tak Bisa Tegakkan Aturan Send

Sebenarnya tak aneh jika City bisa mengalahkan UEFA.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Gilang Akbar Prambadi
 Seorang staf Manchester City mendisinfeksi tiang sudut pada pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris  antara Manchester City dan Newcastle di Stadion Ethiopia di Manchester, Inggris, Rabu (8/7/2020).
Foto: Oli Scarff / Pool via AP
Seorang staf Manchester City mendisinfeksi tiang sudut pada pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris antara Manchester City dan Newcastle di Stadion Ethiopia di Manchester, Inggris, Rabu (8/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Manchester City memenangkam banding //financial fair play// antas UEFA di Pengadilan Arbitase Olahraga (CAS). CAS memutuskan untuk membatalkan larangan bermain dua tahun Manchester City di kancah Eropa dan menurunkan denda tim. 

Pundit sepak bola Gary Neville mengomentari hasil banding tersebut. Menurutnya, UEFA tidak mampu menegakkan aturan sendiri sehingga kalah dalam pengadilan banding.

"UEFA tidak bisa menempatkan diri untuk disiplin yang sederhana. Kami sudah tahu itu selama bertahun-tahun, apalagi untuk mendapatkan sesuatu yang rumit," kata Neville dilansir dari laman Sky Sports, Selasa (14/7).

Menurut dia, UEFA tidak bisa sepenuhnya menegakkan aturan dengan tegas. Neville menyebut hasl seperti ini bukan pertama kali terjadi.

"Jadi tidak mengherankan bahwa di pengadilan yang serius bahwa Manchester City telah memenangkan kasus ini. Karena UEFA sendiri tidak bisa mengatur disiplin mereka sendiri," tegas Neville.

Legenda Mancheste United (MU) ini berpendapat wajar jika Manchester City bisa mendapatkan celah sehingga bisa memenangkan banding. Manchester City bukan hanya mendapatkan hak mereka untuk bermain di kancah Eropa, tapi juga memiliki reputasi yang baik di mata dunia sepak bola.

"Saya tahu orang-orang memiliki masalah di antara pemilik potensial, kepemilikan negara dan model-model lain, tapi kita tidak membicarakan hal itu. Tapi soal Financial Fair Play, keuangan, dan orang-orang yang dapat berinvestasi ke klub-klub sepak bola," katanya.

"Itu bukan tentang jumlah uang yang dimasukkan seseorang ke klub sepak bola, ini tentang apakah orang yang mampu membelinya. Itu adalah tes yang perlu dibuat berdasarkan pada pondasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement