Selasa 14 Jul 2020 06:42 WIB

Pengamat: Lebih Banyak Madrasah yang Perlu Dibenahi

Mutu madrasah saat ini beragam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Pengamat: Lebih Banyak Madrasah yang Perlu Dibenahi. Foto: Jejen Musfah,
Foto: Dok UIN Jakarta
Pengamat: Lebih Banyak Madrasah yang Perlu Dibenahi. Foto: Jejen Musfah,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah menyampaikan soal perkembangan madrasah saat ini. Dia mengatakan, mutu madrasah sekarang ini beragam. Namun menurutnya, masih lebih banyak madrasah yang perlu dibenahi dibandingkan dengan yang sudah bagus.

"MAN Program Keagamaan (PK), MAN Insan Cendekia (IC), MAN, dan madrasah swasta kelas menengah masuk kategori bagus bahkan sangat bagus. Input siswa, guru, dan fasilitas belajarnya bagus," kata dia kepada Republika, Senin (13/7).

Baca Juga

Jejen menambahkan, sebagian madrasah negeri dan swasta ada yang masuk kategori mutu sedang karena siswa, guru, dan fasilitasnya bagus. Madrasah swasta itu memungut biaya dari masyarakat sehingga bisa merekrut guru yang bagus.

Sementara banyak madrasah negeri dan swasta yang perlu berbenah diri, misalnya, kekurangan guru dan kekurangan fasilitas serta infrastruktur pendidikan. Sebagian madrasah tidak memungut biaya dan hanya mengandalkan BOS," jelasnya.

 

Soal apakah madrasah masih menjadi pendidikan kelas dua atau sudah setara dengan sekolah umum, Jejen mengakui sebagian madrasah sudah setara bahkan lebih unggul dari aspek sains apalagi agama. Contohnya adalah MAN PK, MAN IC, dan MAN model atau unggulan, serta beberapa madrasah swasta.

"Tetapi sebagian mutunya masih kalah oleh sekolah. Tidak bisa digeneralisir. Sekolah dan madrasah memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Kuncinya pada input siswa, mutu guru, dan fasilitas belajar," tuturnya.

Selain itu, Jejen mengatakan, porsi pelajaran agama di madrasah sudah cukup memadai karena pembelajarannya di samping tatap muka, juga bisa dilengkapi dengan tugas tambahan dan ekstrakurikuler keagamaan. Misalnya dengan mengajak siswa ke bait Alquran, Pusdiklat Keagamaan, dan Balitbang Kemenag.

Meski begitu Jejen menyadari bahwa masih ada hal yang perlu ditingkatkan. Pertama adalah kualitas, status, dan kesejahteraan guru. Kedua, kurikukum keagamaan yang kontekstual dan kurikulum iptek yang berbasis praktik. Ketiga, fasilitas belajar yang berbasis digital dan nondigital, seperti perpustakaan dan laboratorium agama, bahasa, dan sains.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement