Senin 13 Jul 2020 21:45 WIB

UEFA Rencana Ubah Sistem FFP Usai Gagal Hukum City

FFP bertujuan menghentikan klub telan kerugian besar karena jor-joran belanja pemain.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin
Foto: EPA/MARTIAL TREZZINI
Presiden UEFA Aleksander Ceferin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) berencana untuk mengubah sistem financial fair play (FFP). Ini setelah upaya UEFA melarang Manchester City bermain di kompetisi Eropa dibatalkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) pada Senin (13/7).

Peraturan FFP bertujuan untuk menghentikan klub mengalami kerugian besar karena jor-joran dalam belanja pemain. Tetapi setelah 11 tahun, UEFA mulai mempertimbangkan perubahan sistem sebelum CAS mendukung banding City terhadap larangan dua tahun berlaga di kompetisi Eropa.

UEFA menuduh City "melakukan pelanggaran serius" terhadap aturan FFP terkait laporan finansial yang diberikan kepada badan pengurus antara 2012 sampai 2016.

Namun, CAS memutuskan bahwa tuduhan itu "tidak terbukti" atau "melewati batas waktu" (time-barred), karena aturan UEFA sendiri menetapkan undang-undang bahwa penuntutan berlaku selama lima tahun.

Beberapa kasus mungkin juga telah tercakup dalam sebuah "perjanjian penyelesaian" UEFA dan City setelah penyelidikan sebelumnya berakhir pada 2014.

Masih belum jelas sampai keputusan penuh CAS diterbitkan dalam beberapa hari mendatang tentang berapa banyak kasus yang ditolak karena pembatasan waktu tersebut dan berapa banyak yang tidak terbukti.

Namun, pencabutan larangan City tersebut dianggap sebagai sebuah kekalahan Badan Pengawas Keuangan Klub (CFCB) UEFA.

Meski mempertimbangkan untuk mengubah sistem FFP, UEFA tetap membela sistem tersebut yang diperkenalkan oleh mantan presiden badan eksekutif Eropa Michel Platini pada 2009.

"Selama beberapa tahun terakhir, Financial Fair Play telah memainkan peran penting dalam melindungi klub dan membantu mereka stabil secara finansial dan UEFA dan ECA (Asosiasi Klub Eropa) tetap berkomitmen pada prinsip-prinsipnya," kata UEFA yang dilansir Reuters pada Senin (13/7).

Namun, pada kongres UEFA di Amsterdam, Belanda, Maret lalu, presiden badan sepak bola tertinggi Eropa tersebut, Aleksander Ceferin mengatakan bahwa sistem itu kemungkinan akan diubah.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana bentuknya di masa depan, tetapi kami telah memikirkannya dan mungkin harus beradaptasi," kata Ceferin menjelaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement