Senin 13 Jul 2020 11:53 WIB

Mobil Listrik yang Kini Dilirik Pelaku UMKM

Mobil ini lahir karena prihatin melihat pelaku UMKM harus berjualan dengan gerobak

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Mobil listrik karya para siswa SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun. Kendaraan ini bisa menjadi sarana berjualan  nasi pecel dan sebagainya. Dok. SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun
Foto: wilda fizriyani
Mobil listrik karya para siswa SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun. Kendaraan ini bisa menjadi sarana berjualan nasi pecel dan sebagainya. Dok. SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN--Kemunculan dan produksi mobil listrik masih mempunyai nilai istimewa lantaran belum sepenuhnya dikenal masyarakat luas. Terlebih apabila kendaraan tersebut  karya generasi muda, bukan pabrikan terkemuka.

Namun lain ceritanya bagi  sejumlah siswa SMK Model/Rujukan 1 PGRI, Mejayan, Kabupaten Madiun. Mereka  berhasil menciptakan mobil listrik yang dinamakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Nama ini disematkan karena sekolah terinspirasi untuk membantu kebutuhan para pelaku UMKM. Sebelumnya, SMK Model/Rujukan 1 PGRI Madiun telah lama bermitra dengan sejumlah pelaku UMKM di 72 desa. "Inilah kenapa saya akhirnya buat mobil namanya UMKM karena kami tahu persis kebutuhan UMKM," ujar Kepala SMK Model/Rujukan 1 PGRI Mejayan, Kabupaten Madiun, Sampun Hamad,  Senin (13/7).

Sampun mengaku merasa prihatin melihat para pedagang yang memasang tenda di pinggir jalan. Apalagi terhadap mereka yang harus berjualan dengan mendorong gerobak. Oleh karena itu, Sampun dan para siswanya ingin menawarkan sarana berdagang lebih baik melalui mobil listrik.

Mobil listrik karya siswa SMK 1 PGRI Mejayen yang memiliki tenaga listrik hingga 40 volt tersebut mampu dipacu hingga kecepatan 40 kilometer (km) per jam. Sekolah sengaja mematok kecepatan tersebut untuk menyesuaikan kebutuhan pedagang. Kecepatan rendah dinilai sangat sesuai untuk berjualan keliling. 

Sebagai kendaraan niaga, mobil UMKM ini selain dilengkapi etalase, juga meja masak di dalamnya sehingga dapat dipasang kompor. Ada pula tempat duduk setir yang dapat menjadi kursi berdagang. "Sangat simpel dibandingkan pakai mobil gerobak itu harus naik dan turun. Ini kan enggak, yang nyetir bisa langsung melayani pembeli, itu bisa," kata Sampun.

Pemilihan tenaga listrik pada mobil tidak lepas dari kondisi saat ini. Sampun memahami dunia tengah mencoba menerapkan kehidupan hemat energi. Sekalipun membuat kendaraan, Sampun lebih memilih menciptakan mobil atau motor bertenaga listrik.

Di dalam proses pembuatan mobil, Sampun tidak hanya melibatkan guru dan siswa di bidang teknik mesin tapi listrik juga. "Sampai akhirnya menemukan lalu mengambil dinamo untuk kita pasang gearbox sehingga jadilah motor ini dengan daya listrik kecil tapi tenaganya besar," katanya.

Di dua prototipe mobil listrik pertama, Sampun memilih melapisi bahan stainless demi higienitas kendaraan. Sampun tak menampik, prioritas mobil listrik mulanya untuk para penjual makanan. Namun kini kendaraan tersebut dapat dipakai berbagai usaha lainnya seperti jasa perawatan kendaraan motor, mobil dan sebagainya.

Mobil yang dibanderol Rp 15 juta sampai 20 juta ini akan diproduksi massal ke beberapa pembeli di Madiun, Surabaya, Boyolali, Bekasi dan Kalimantan Barat. Sekolah telah menerima 68 pesanan yang harus selesai selama tiga sampai empat bulan ke depan. "Teman-teman dari pensiunan BNI, BRI ini ternyata tertarik bisnis ini. Termasuk rumah makan Padang, mereka pesan ini 10 untuk dagang makanan Padang," jelasnya.

Sampun berharap, keberadaan mobil listrik dapat membantu pedagang maupun pelaku UMKM di Indonesia. Mobil listriknya dapat dipastikan ramah lingkungan dan memiliki tampilan cukup baik. "Dan lebih manusiawi daripada harus dorong gerobak," ucapnya.

Diminati Pedagang Nasi Pecel

Pedagang nasi pecel, Slamet Riyadi mengaku tertarik memiliki mobil listrik yang diproduksi SMK Model/Rujukan 1 PGRI Mejayan, Kabupaten Madiun. Kendaraan tersebut bisa membantunya menjajakan nasi pecel dan mi rebus di sepanjang jalan Kota Madiun. Apalagi, selama ini Slamet menjual dagangannya dengan sepeda ontel. "Dan kebetulan saya punya tabungan dan katanya lagi promo, jadi saya coba (beli)," jelas pria yang dalam waktu dekat berusia 50 tahun tersebut.

Slamet memesan mobil listrik sekitar pekan lalu setelah mengetahui informasi dari anaknya. Dengan uang tabungannya, ia berharap, mobil listrik karya anak bangsa itu dapat dimilikinya. Apalagi dia mendengar kendaraan ini dapat beroperasi sepanjang 90 kilometer dengan pengisian energi listrik hanya tiga jam. Sebelumnya, Slamet telah berjualan nasi pecel dengan sepeda ontelnya sejak tujuh tahun lalu. Profesi ini dilakoninya setelah di-PHK salah satu pabrik di Surabaya, Jatim. Untuk tetap menghasilkan pendapatan, nasi pecel menjadi salah satu solusinya membantu penghidupan keluarga.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement