Senin 13 Jul 2020 07:02 WIB

Erdogan dan Politik di Balik Hagia Sophia Jadi Masjid

Dukungan rakyat Turki turun terhadap Erdogan sehingga isu Hagia Sophia diangkat?

Rep: Retizen/ Red: Elba Damhuri
 Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Foto:

Sebenarnya saat ini Turki sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup parah di mana nilai tukar Lira terhadap dolar AS mencapai 6,87 TL (per 11 Juli 2020). 

Titik terendah yang dihadapi oleh Lira terjadi pada awal Mei 2020 yang mencapai 7,27 TL per USD. 

Kondisi ekonomi Turki ini diperparah dengan wabah Covid-19 yang juga menghancurkan sektor ekonomi riil seperti retail dan UMKM. 

Di tengah krisis ekonomi dan mulai berkurangnya dukungan terhadap AKP, Presiden Erdogan kemudian mengadopsi strategi pencitraan politik yang pintar dengan mengangkat isu Hagia Sophia ke permukaan dan menjadikan perhatian seluruh masyarakat Turki kepada isu ini dan sejenak melupakan masalah ekonomi. 

Isu identitas dan agama hampir selalu menyentuh wilayah croc brain dalam diri manusia dan akan selalu direspon dengan pendekatan emosional daripada pendekatan rasional. 

Begitu juga dalam isu Hagia Sophia ini bisa dilihat sisi emosional yang dimainkan terutama sensitivitas agama dan kejayaan Ottoman yang berhasil menyentuh mayoritas masyarakat Turki.

Selain itu isu Hagia Sophia ini juga akan digunakan sebagai sarana soft diplomacy yang baik sekali terutama dalam menggalang dukungan dan simpati dari negara-negara Muslim. 

Presiden Erdogan telah menyatakan bahwa Hagia Sophia ini adalah awal dari pembebasan Masjid Al- Aqsha, sekali lagi Turki memberikan sinyal positif kepada negara-negara muslim di tengah berbagai krisis dan konflik yang terjadi di negara-negara muslim seperti isu Palestina, Suriah, Kashmir, Rohingya, Pattani, Yaman dkk. 

Erdogan juga memberikan harapan di tengah hancurnya Masjid Babri Ayodhya yang dihancurkan kaum ekstremis Hindu di India, begitu pula masjid-masjid di Palestina yang diambil paksa oleh Israel dan dialiihfungsikan menjadi museum, rumah bahkan menjadi bar dan kafetaria.

Dari sisi pariwisata, sebenarnya Hagia Sophia memberikan pemasukan yang lumayan besar bagi Turki dengan catatan jumlah pengunjung mencapai 31 juta orang dari rentang tahun 2007 hingga 2018. 

Pada tahun 2014, Hagia Sophia memecahkan rekor pengunjung tahunan dengan angka 3,57 pengunjung. Tetapi jika dialihfungsikan menjadi masjid bagaimana dengan potensi pemasukan Hagia Sophia kedepan, apakah akan berhenti? 

Tampaknya pemerintah Turki mencoba menangkap potensi wisata lain yaitu potensi wisata halal bagi wisatawan muslim yang pendapatan globalnya pada tahun 2017 mencapai 226 miliar USD. 

Jika dengan menjadikan Hagia Sophia menjadi masjid dapat meningkatkan potensi wisatawan muslim dari Qatar, Kuwait, Arab Saudi, Aljazair, Tunisia, Maroko, Indonesia dan Malaysia maka ini merupakan imbal balik yang potensial kedepannya. 

Dengan mengandalkan warisan agama dan sejarah Dinasti Ottoman maka Turki dapat menarik wisawatan Muslim untuk datang mengunjungi Turki dan semakin menggenjot sektor pariwisatanya. 

*Adhe Nuansa Wibisono, MSi, Direktur Eksekutif Cakramandala Institute, Mahasiswa Ph.d Turkish National Police Academy

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement