Ahad 12 Jul 2020 08:10 WIB

Teringat Jagal Ratko Mladik Kala Bantai Muslim di Srebrenica

Mengenang 25 tahun pembantaian Muslim Bosnia.

Para pengungsi Bosnia yang lolos dari pembantain karena mengungsi di kamp PBB.
Foto: Museum Srebrenica
Para pengungsi Bosnia yang lolos dari pembantain karena mengungsi di kamp PBB.

REPUBLIKA.CO.ID --Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Tak terasa 25 tahun sudah peristiwa pembantian Muslim Bosnia. Yang paling menyedihkan sampai hari ini media internasional masih melaporkan ditemukannya kuburan para korban di Srebenica, sebuah kota kecil sekitar empat  jam perjalanan naik kendaraan dari ibu kota Bosnia, Sarajevo.

Srebrenica penting disebut karena sebagai salah satu pusat pembantaian Muslim Bosnia selain Sarejevo sendiri. Kuburan masal dengan lahan luas berada di sana. Beda dengan kuburan massal di Sarajevo yang relatif lebih kecil lahannya. Tapi keduanya menarik perhatian -- terutama di Sarajevo -- karena berada area ibu kota negara.  Bahkan ini diambil dari lahan bekas taman kota.

Teringat Jagal Ratko Mladik di Srebrenica | Republika Online

  • Keterangan foto: Kuburan masal Muslim Bosnia yang dibantai tentara Serbia di Sarajevo.

Bekas luka dan trauma dari peristiwa itu, masih bisa lihat langsung. Semua masih terasa. Terutama dari kalangan generasi yang lebih dewasa, mereka pasti fasih menceritakan kejadian brutal itu.Sebagian gedung bekas perang di Sarajevo tampaknya sengaja dibiarkan untuk kenang-kenangan. Tembok gedung itu sebagain runtuh dan bila dilihat banyak sekali bekas lobang berondongan senjata yang berkaliber ringan sampai berat.

Fatma, seorang ibu paruh baya yang bekerja di sebuah hotel di Sarajevo menceritakan kengerian peristiwa itu. Untunglah tak ada sanak dan kerabat dekatnya menjadi korban. Ini karena mereka memilih tinggal di kamp pengungsian di Sarajevo yang dijaga ketat oleh pasukan PBB.

‘’ Entah karena apa, pada suatu pagi orang-orang Serbia datang menyerbu ke tempat kami. Orang-orang itu (tentara Serbia) itu mirip tentara Nazi. Mereka menangkapi dan menembaki mati banyak orang di sini,’’ kata Fatma dengan nada haru.

Dia kemudian menceritakan secara panjang lebar situasi Bosnia yang dikepung rapat balatentara Serbia dalam waktu yang cukup lama. Alteri dan senjata berat seperti tank, senapan mesin, dan banyak sekali pasukan Serbia menjaga berbagai titik strategis. Di atas  perbukitan yang mengelilingi ibu kota Sarajevo di jaga dengan ketat. Apalagi tempat itu sangat penting lokasinya karena bisa mengawasi situasi bandara.

Akibatnya, pesawat terbang asing yang berani mendarat di Bandara Sarajevo tanpa izin pasti luluh lantak. Termasuk pesawat yang membawa utusan perdamaian PBB pun diberondong senapan mesin penangkis serangan pesawat udara hingga hancur berkeping-keping. Maka suasana yang Sarajevo menawan dan menjadi bekas kota penyelengara Olimpiade musim dingin pada 1984, porak poranda.

‘’Kami terkurung di sini. Tak berani ke mana-mana. Mereka benar-benar Nazi. Mereka biadab,’’ kata Fatma mengulangi kegeraman dan kutukannya kepada tentara Serbia.



Ya, luka batin atas tragedi itu juga masih berlangsung sampai sekarang. Di sebuah bazaar Sarajevo yang menjadi pusat kunjungan turis, kerapkai muncul perang mulut antara beberpa laki-laki. Adanya keributan ini tentu mengagetkan para pengunjung yang saat itu tengah berbelanja sembari menikmati kudapan makanan dan keindahan bangunan tua yang ada di situ

.

‘’Tenang-tenang. Itu hanya ‘derby’ saja,’’ kata seorang penjaga cafe. Dan ketika ditanya apa yang dimaksud ‘derby’ dia menjawab dengan enteng itu hanya ‘perang mulut saudara’ sekota.

’’Yang adu mulut itu orang keturunan Serbia melawan orang asli Bosnia. Sama-sama warga Sarajevo. Mereka hanya perang mulut saja. Dan itu kerap terjadi,’’ tukasnya.

Meski berkata dan disebut tenang saja, tapi adu mulut itu benar-benar serius. Kedua lelaki kekar setengah baya saling adu keras teriakan.

 Mereka saling memaki dengan aneka sumpah serapah. Saling merendahkan.

Hal yang sama juga diakui oleh perempuan  penjaga toko suvenir yang ada di kota Srebrenica. Menurutnya, setiap kali melintasi kompleks pemakaman para korban pembantaian Serbia, pengendara mobil yang berasal dari Serbia kerapkali bikih ulah. Mereka menyalakan klakson secara keras. Tindakan kurangajar ini kerapkali mereka lakukan ketika melintasi jalanan di dekat kompleks makam di waktu malam.



‘’Ya mereka selalu begitu. Mereka benar-benar seperti Nazi,’’ kata sang penjaga toko suvenir itu. Jadi tak beda dengan orang Bosnia di Sarajevo,di Srebrenica lazim menyebut orang Serbia yang suka bikin ulah dengan sebutan Nazi.

Ketika Dunia Terlupa Pembantaian Muslim Bosnia | Republika Online

  • Keterangan foto: Kuburan masal Muslim Bosnia di Srebrenica. Tertulis angka 8372, itu merupakan jumlah korban yang dikubur di sana.



Menyadari hal ini, maka menjadi tidak mengejutkan bila Jendral Ratko Mladik dahulu masih berani sesumbar di depan sidang Pengadilan Kejahatan Internasional yang digelar di Den Haag dengan tinggi hati. Dia tak mau disebut sebagai jagal Bosnia.

Dan meski kemudian dihukum penjara seumur hidup, Mladik berani sesumbar: "You’ll see that he won! (Kamu akan lihat siapa nanti yang akan menjadi pemenang).

Maka di situlah saya teringat kembali Srebrenica. Sebab, di sanalah hasil jagal Mladik telah menigggalkan jejak horornya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement