Jumat 10 Jul 2020 21:28 WIB

Ini Tantangan Lahan Rawa Food Estate Kalteng

Lahan rawa identik dengan lahan basah yang memiliki tantangan pengelolaan tata air

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Presiden Joko Widodo meninjau lahan yang akan dijadikan Food Estate atau lumbung pangan baru di Kapuas, Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020). Pemerintah menyiapkan lumbung pangan nasional untuk mengantisipasi krisis pangan dunia.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo meninjau lahan yang akan dijadikan Food Estate atau lumbung pangan baru di Kapuas, Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020). Pemerintah menyiapkan lumbung pangan nasional untuk mengantisipasi krisis pangan dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah menetapkan lokasi food estate Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk meningkatkan ketahanan dan menambah stok pangan nasional. Lokasi tersebut berada di lahan rawa yang terletak di Kabupaten Kapuas seluas 20 ribu hektare dan Kabupaten Pulang Pisau 10 ribu hektare.

Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian, Husnain, mengatakan, lahan rawa identik dengan lahan basah yang memiliki tantangan utama berupa pengelolaan tata air dan pengendalian pirit.

Baca Juga

"Sebagian tanah mengandung pirit dengan kedalaman antara 40-80 sentimeter, yang bila terekskpose udara bersifat racun karena sangat masam," kata Husnain dalam keterangannya, Jumat (10/7).

Karena itu, kata dia, rancang bangun irigasi di lahan rawa perlu memperhatikan kedalaman pirit. Pada pirit yang dangkal saluran air dibuat sangat dangkal. Demikian juga pengolahan tanah tidak sama dengan lahan non rawa.

 

"Pengolahan tanah harus seminimal mungkin. Tujuannya agar lapisan pirit tidak terekspose udara," ujarnya.

Ia menuturkan, Balitbangtan mendapat tugas mengawal Center of Excellent Food Estate yang akan dilakukan di dua lokasi. Yaitu Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau dan Desa Tamban Catur, Kabupaten Kapuas dengan masing-masing seluas 1.000 hektare. Di lokasi Center of Excellent itu akan dikembangkan model ideal food estate yang sesuai kondisi petani dan peluang industri dengan konsep korporasi berupa cluster 1.000 hektare.

Kementan, kata dia, akan memberikan sebuah model integrasi tanaman padi sawah, hortikultura, perkebunan, dan ternak serta membangun industri seperti RMU dengan target menghasilkan beras premium dan berbagai produk sampingan lainnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjry Djufry, mengatakan, lahan rawa berpotensi untuk dikembangkan sebagai penopang pangan nasional ketika sawah non rawa mengalami kekeringan di musim kemarau.

Ia mengatakan, telah menyusun tim untuk mengawal food estate di Kalteng agar hasil pembangunan sesuai dengan yang diharapkan pemerintah."Di saat sawah non rawa paceklik, sawah di lahan rawa siap ditanami sehingga mensubstitusi produksi pangan di musim kemarau," kata Fadjry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement