Jumat 10 Jul 2020 15:53 WIB

Hikmah Pandemi, Santri Assalaam Lebih Mudah Menghafal

Santri Assalaam lebih mudah menghafal Alquran selama pandemi.

Rep: Binti Sholikhah/ Red: Muhammad Hafil
Hikmah Pandemi, Santri Assalaam Lebih Mudah Menghafal. Foto: Dua santri Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Ema Suraya (19) santri asal Malaysia, dan Syalsabila Aisyah Rahmawati (15) santri asal Papua. Dua santri tersebut memilih tinggal di pondok selama pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Hikmah Pandemi, Santri Assalaam Lebih Mudah Menghafal. Foto: Dua santri Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Ema Suraya (19) santri asal Malaysia, dan Syalsabila Aisyah Rahmawati (15) santri asal Papua. Dua santri tersebut memilih tinggal di pondok selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Sejumlah santri Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tidak dapat pulang ke kampung halaman dikarenakan pandemi Covid-19. Hikmahnya, mereka mengaku lebih mudah dalam menghafal Alquran.

Salah seorang santri, Syalsabila Aisyah Rahmawati (15), mengaku sudah empat bulan tidak pulang ke kampung halamannya di Nabire, Papua, sejak pandemi Covid-19. Sebab, wilayah Papua lebih dahulu menerapkan karantina dibandingkan wilayah lain.

Baca Juga

Pada awal-awal pandemi, Syalsabila mengaku sangat ingin pulang, orang tuanya juga sempat khawatir. Namun, lama-kelamaan dia justru nyaman di pondok dan orang tuanya sudah tidak khawatir lagi.

"Selama pandemi, disini kegiatannya hafalan, olahraga, kadang masak-masak sama ustazah, ada kajian sama ustazah bisa nambah ilmu. Selain itu, bisa dapat pengalaman melihat hilal karena saya ikut organisasi CASA," terang siswa kelas XI jurusan IPA tersebut saat ditemui Republika di PPMI Assalaam, Rabu (8/7).

Syalsabila menyatakan, selama berada di pondok saat pandemi, dia bisa menghafal Alquran sebanyak satu juz. Saat ini, dia sudah menghafal tiga juz Alquran. Syalsabila menargetkan bisa hafal lima juz sampai lulus sekolah menengah atas.

"Saya merasa selama tinggal di pondok saat pandemi ini hafalan Alquran lebih mudah. Meskipun waktu untuk hafalan lebih sedikit karena banyak tugas sekolah, tetapi lebih mudah karena suasananya tenang," ucap santri yang bercita-cita menjadi dokter tersebut

Santri lainnya, Ema Suraya (19) menyatakan, terakhir pulang kampung tiga tahun lalu. Tahun ini, Ema lulus dari sekolah menengah atas. Seharusnya, dia sudah tidak tinggal di pondok. Tetapi karena kondisi pandemi, Ema terpaksa masih tinggal di pondok.

"Hal positifnya, tinggal di pondok justru lebih terjaga, main ponsel terbatas. Kalau pulang ke rumah, belum tentu bisa sholat berjamaah dan ngaji rutin. Orang tua juga tidak khawatir karena disini lebih aman," ucap santri asal Malaysia tersebut.

Ema mengatakan, selama pandemi, dia lebih tenang dalam menjaga hafalan atau murajaah Alquran. Saat ini, Ema sudah hafal empat juz Alquran, yakni juz 1,2,3 dan 30.

Ema mengaku sudah mendaftar kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Dia memilih jurusan Pendidikan Manajemen dan Pendidikan Sejarah.

Sekretaris PPMI Assalaam, Arkanudin Budianto, mengatakan, ada belasan santri yang tinggal di pondok selama pandemi Covid-19. Salah satunya, seorang santri asal Malaysia. Santri lainnya dari luar negari sudah kembali ke negara masing-masing sebelum negara mereka menerapkan karantina wilayah. Selain itu, dua orang tenaga guru asal Mesir juga bisa kembali ke negara mereka.

"Yang tertahan justru santri asal Papua karena lockdown dulu, ada 12 santri Papua yang sempat tertahan, saat ini sudah pulang, ada tiga yang ga pulang karena mereka memilih tinggal di pondok," kata Arkanudin kepada wartawan.

Menurutnya, pengurus pondok menerapkan protokol kesehatan bagi para santri yang tinggal di pondok selama pandemi. Di antaranya, cek kesehatan secara berkala, tambahan gizi, serta dibentuk pembimbing khusus untuk memantau kegiatan para santri tersebut. Para santri tidak boleh keluar kompleks pondok.

"Kegiatan mereka lebih pada keibadahan, menambah hafalan Alquran, bisa mengulang materi dan mempersiapkan materi yang akan datang, tentu lebih enjoy daripada ketika santri lainnya datang kesini," pungkas Arkanudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement