Jumat 10 Jul 2020 14:12 WIB

Sekolah Bosowa Harus  Adaptif Terhadap Perubahan dan Pandemi

Sekolah Bosowa telah berada di jalur yang sama dengan tujuan pendidikan di Cilegon.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Provinsi Banten, Dr  H  Ismatullah MPd (tengah)  dan Wakil Direktur Sekolah Bosowa, Eko Ariyanto (kiri) menjadi nara sumber talk show pendidikan yang diadakan oleh Sekolah Bosowa Al Azhar.
Foto: Dok BAC
Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Provinsi Banten, Dr H Ismatullah MPd (tengah) dan Wakil Direktur Sekolah Bosowa, Eko Ariyanto (kiri) menjadi nara sumber talk show pendidikan yang diadakan oleh Sekolah Bosowa Al Azhar.

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- SMA Bosowa Al Azhar  mengadakan kegiatan talk show pendidikan dengan tema “Arah Baru Sekolah Bosowa di Era Digital Dalam Konsep Merdeka Belajar”, pekan lalu. Talk show itu menampilkan nara sumber Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Provinsi Banten, Dr  H  Ismatullah M.Pd dan Wakil Direktur Sekolah Bosowa, Eko Ariyanto.

Dalam talk show  tersebut,  kepala Dinas Kota Cilegon menyampaikan, Sekolah Bosowa Al Azhar harus mampu melakukan usaha-usaha untuk mengembangkan sekolah di era saat ini. “Di  antaranya, Sekolah Bosowa harus mampu membangun system pendidikan adaptif terhadap perubahan yang diakibatkan disrupsi teknologi dan pandemi Covid-19; menciptakan arah baru sekolah di era digital, menjawab tuntutan pendidikan di abad 21 yang menuntut adanya kompetensi dan keahlian peserta didik setidaknya memiliki keterampilan berkolaborasi, berpikir kritis, dan memiliki kreatifitas serta inovasi,” kata Ismatullah dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia juga menyampaikan, saat ini di Indonesia hanya sekitar 6 persen  saja peserta didik yang berada di daerah zona hijau. “Sedangkan 94 persen lainnya tersebar di zona merah, orange, dan kuning,” ujarnya.

Cilegon sendiri saat ini berada pada zona orange. Jika sudah berada pada zona hijau, sekolah yang akan dibuka juga akan bertahap. “Mulai dari tingkat SMP-SMA sederajat dan disusul oleh tingkat SD-sederajat dua bulan kemudian, dan tingkat PAUD-sederajat empat bulan kemudian,” tuturnya.

Adapun untuk tingkat sekolah menengah dan sekolah dasar dibatasi hanya maksimal 18 peserta didik per kelas, sedangkan untuk SLB dan PAUD maksimal 5 orang per kelas. “Bagi orang tua yang merasa kondisi di sekitar belum aman, mereka boleh meminta anak-anaknya untuk tetap belajar di rumah secara daring,” paparnya.

Selain itu, ia juga mengemukakan, jarak antarsiswa di tingkat SD-SMP-SMA diatur minimal 1,5 meter. Sementara untuk tingkat PAUD, para siswa harus berjarak minimal 3 meter saat berada di dalam kelas. Mengenai kegiatan yang boleh dilakukan hanyalah kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas saja.

 Sedangkan untuk aktivitas lain seperti ektrakurikuler, olahraga, dan kantin belum boleh dibuka. “Kegiatan olahraga dan ekskul juga belum boleh, aktivitas lain seperti KBM (Kelompok Belajar Mengajar) belum boleh saat masa transisi,” ujar Ismatullah.

Dalam talk show tersebut, ia juga menyampaikan mengenai Konsep Merdeka Belajar yang merupakan gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim. Konsep merdeka belajar yang disampaikan yaitu menciptakan suasana belajar yang bahagia, baik bagi peserta didik maupun pendidik. Merdeka berarti bernilai kuat, kemandirian dan hasil gemilang, sedangkan belajar berarti upaya dan pengalaman hidup.

Ia menambahkan, merdeka belajar dapat diartikan sebuah program/kegiatan/aktivitas yang membutuhkan komitmen, pengalaman langsung dan kemampuan tepat guna sehingga menghasilkan perubahan perilaku positif, baik bagi peserta didik maupun pendidik.

“Untuk mencapai Konsep Merdeka Balajar dalam pendidikan era digital ini memerlukan komitmen dalam peningkatan investasi di pengembangan digital skill di dunia pendidikan, cara-cara yang dapat dilakukan seperti menerapkan prototipe teknologi terbaru dalam mempermudah proses pembelajaran di dunia pendidikan, menggali berbagai bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digital skill sehinga mutu pendidikan dapat ditingkatkan,” paparnya. 

Konsep Merdeka Belajar dan implementasinya dalam pendidikan di era digital yang disampaikan oleh kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, di antaranya: (1) Beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas, namun dapat diciptakan proses pembelajaran yang tak terbatas oleh ruang dan waktu; (1) Free Choice, dipilih peserta didik sesuai perangkat, program/teknik belajar sesuai peserta didik, mempraktikkan cara belajar yang paling nyaman sehingga kemampuannya terus terasah; (3) Personalized Learning, menyesuaikan pelajar dalam memahami materi, memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya; (4) Berbasis Proyek, peserta didik diajak menerapkan keterampilan yang sudah dipelajari dalam berbagai situasi. “Jadi pengalamannya akan terasa untuk nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya,” ujarnya.

photo
Kepala sekolah dan guru SMA dan SMP Bosowa Al Azhar berfoto bersama dengan Wakil Direktur Sekolah Bosowa, Eko Ariyanto. (Foto: Dok BAC)

Selain itu,  (5) Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangatlah penting. Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan perkuliahan yang tidak sesuai dengan dunia kerja; (6) Interpretasi Data, setiap peserta didik akan lebih banyak mengetahui mengenai komputer dan analisis data. Mengingat di era Revolusi industri 4.0 sangat banyak bersinggungan dengan data. “Peran big data sangat sentral dalam memecahkan masalah yang ada. Data tersebut bisa digunakan sesuai kebutuhan dan menganalisis sejumlah masalah jadi solusi akhir,” tuturnya.

Pada akhir sesi, ia juga menyampaikan mengenai Konsep Sekolah Akur Sedulur kemudian dirangkum menjadi istilah “SIRAVEK” yang artinya akur sedulur. Konsep ini merupakan gagasan pribadi dia untuk kemajuan pendidikan di Kota Cilegon. “SIRAVEK sendiri merupakan sebuah singkatan merangkum tujuan pendidikan nasional sesuai Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Adapun SIRAVEK memiliki makna Sehat, Inovatif, Religius, Aman, Vokasional, Etika, dan Kompetitif,” paparnya. 

Wakil Direktur Sekolah Bosowa, Eko Ariyanto menyambut antusias pemasaran kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon mengenai Konsep Merdeka Belajar dan Konsep SIRAVEK.  Ia melihat adanya kesinambungan atau garis lurus antara program tersebut dengan program Sekolah Bosowa Al Azhar. “Dengan kata lain, sekolah ini telah berada pada track atau jalur yang sama dengan tujuan pendidikan di Kota Cilegon sesuai arahan Bapak Kepala Dinas,” kata Eko Ariyanto.

Pada kesempatan lain dalam talk show  tersebut,   Eko Ariyanto memaparkan visi misi Sekolah Bosowa Al Azhar yang berdasakan Alquran  dan Hadis, dan dibangun dengan pendekatan kontruktivisme seperti teori Prof Martinis Yamin. 

“Sekolah Bosowa Al Azhar juga memiliki profil pembelajar yang baik, dengan menerapkan konsep Multiple Intelligence by Howard Gardner dan 7 Essensial Life Skill by Ellen Galinsky. Selain itu, pada komponen kurikulumnya pun sekolah ini menerapkan 5 Curricular Domain dengan menggabungkan 2 kurikulum, yaitu kurikulum nasional (K13) dan kurikulum Cambridge,” paparnya. 

Eko menambahkan, program-program di Sekolah Bosowa, seperti program layanan pembelajaran “Islamic studies”, layanan bilingual berstandar “IELTS”, “immersion program” dalam perluasan jaringan belajar peserta didik dengan berkunjung ke sekolah lain di luar negeri, program “internship” untuk kelas 12 sebagai usaha pembentukan pendidikan vokasional, dan program “term break” sebagai minggu aktivitas untuk peserta didik mengeksplor lingkungan luar sekolah.

“Selain itu, rasio guru dan siswa 1:12 sehingga perkembangan peserta didik dapat teramati dan terarahkan dengan baik, serta program “learning management system” untuk pembelajaran daring yang mendukung pendidikan di era digital.  “Seyogyanya, semua ini  mampu membawa pendidikan di Kota Cilegon menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional serta tujuan pendidikan di Kota Cilegon yang diusung oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan,” kata Eko Ariyanto.

Acara talk show pendidikan itu dihadiri Kepala SMA Bosowa Al-Azhar, Subana; Kepala SMP Bosowa Al Azhar, Muhidayat dan para guru SMA dan SMP Bosowa Al Azhar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement