Jumat 10 Jul 2020 06:15 WIB

Masa Depan Industri Pertunjukan Musik di New Normal

Masa Depan Industri Pertunjukan Musik di New Normal

Rep: Sri Niken Handayani (swa.co.id)/ Red: Sri Niken Handayani (swa.co.id)
Masa Depan Industri Pertunjukan Musik di New Normal
Masa Depan Industri Pertunjukan Musik di New Normal

Menurut World Economic Forum, industri musik global memiliki dua jalur keuntungan utama. Pertama melalui pertunjukan live atau offline yang menghasilkan 50% dari total keuntungan dan berasal dari jumlah penjualan tiket. Sementara kedua dari rekaman, yang termasuk pendapatan dari streaming, digital download, penjualan album fisik, dan pendapatan sinkronisasi (lisensi musik untuk games, TV, dan iklan).

Koalisi Seni Indonesia pun mengatakan di bulan Maret 2020, terdapat sekitar 40 konser, tur, serta festival musik yang dibatalkan atau ditunda.

Kiki Ucup, Strategic Planner Demajors dan Program Director Synchronize Festival, mengatakan bahwa pandemi ini tidak akan mengubah wajah industri pertunjukan musik sepenuhnya, tapi justru membuat para pelakunya banyak mencoba berbagai hal baru yang memungkinkan penyelarasan dengan dunia digital dan tentunya tetap harus sejalan dengan protokol yang ditetapkan pemerintah.

Hal ini pun diamini oleh pembicara lainnya, Armand Maulana, musisi senior dan juga vokalis band Gigi. “Kita, saya dan teman-teman musisi lainnya, harus beradaptasi agar industri musik ini tetap bisa berjalan, tapi dengan tetap mentaati protokol yang harus dijalankan. Inovasi menjadi suatu keharusan agar musisi bisa survive,” ujarnya.

Armand merujuk pada konser virtual dan kolaborasi dengan platform digital pun akhirnya menjadi opsi dan peluang baru. Digital platform menjadi sarana baru yang banyak digunakan musisi untuk terhubung dengan para penikmat musiknya, sekaligus menjadi saluran bagi mereka untuk berkarya.

Bens Leo, pengamat musik, pun menambahkan bahwa digitalisasi dan inovasi menjadi suatu keharusan yang akan dialami oleh industri musik dan juga pertunjukan musik. “Pandemi ini di sisi lain juga menghasilkan banyak inovasi baru, seperti konser musik virtual “Konser 7 Ruang” yang dimeriahkan banyak penyanyi ternama, ada juga lagu “Lathi” dari grup Weird Genius yang diproduksi di tengah pandemi dan mendapatkan banyak views di platform digital. Justru di tengah kondisi ini para pemain industri musik semakin tertantang untuk lebih kreatif dan inovatif,” ungkap Bens.

Menurut data Digital Report 2020 dari Hootsuite, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17%. Konsumsi internet pun meningkat selama pandemi ini jika melihat dari data beberapa penyedia layanan telekomunikasi. Dari jumlah 175,4 juta pengguna internet di Indonesia, terdapat lebih dari 80% yang melakukan streaming musik, dan 99% yang menonton konten video online. Merujuk pada data ini, kolaborasi antara industri musik dan platform digital pun terasa semakin lumrah.

BaBe (Baca Berita), selaku platform digital untuk beragam konten, menyambut baik potensi kolaborasi antara aplikasi dengan pelaku industri pertunjukan musik. Mendukung kemajuan industri kreatif, termasuk dunia musik, menjadi salah satu dari fokusnya. Sebagai platform digital, pihaknya berharap dapat menjadi sarana bagi pelaku industri kreatif untuk menjangkau masyarakat dengan lebih luas, dan menjadi platform untuk merangkul komunitas.

“Kami pun berharap forum ini menjadi platform untuk bertukar pikiran dan bersama-sama menemukan ide baru untuk mendukung bangkitnya dunia pertunjukan musik," ujar Shelly Tantri, Senior Business Development Manager BaBe.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement