Kamis 09 Jul 2020 19:53 WIB

Dua Ibu Palestina Menderita di Tahanan Isolasi Israel

Sel tempat dua ibu itu ditahan dinilai tak layak untuk ditempati manusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas berdiri di pintu masuk penjara Israel (ilustrasi)
Foto: Reuters/Yehuda Lachiani/Maariv
Petugas berdiri di pintu masuk penjara Israel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Dua ibu Palestina ditahan di sel isolasi di Israel tanpa mendapatkan akses ke perawatan medis. Setelah hampir empat pekan dalam isolasi, Muna Naddaf dari Asosiasi Tahanan Addameer dan Asosiasi Hak Asasi Manusia berhasil mengunjungi kedua wanita itu di Penjara Al Jalameh dekat kota Haifa pekan lalu.

"Sel tempat dua tahanan ditahan tidak layak untuk kehidupan manusia," kata Naddaf kepada Anadolu Agency.

Baca Juga

Kedua wanita yang ditahan tersebut adalah Fadwa Hamadah (34 tahun) dan Jihan Hashemah (36 tahun). Hamadah ditangkap pasukan Israel pada Agustus 2017 karena dituduh menikam tentara Israel. Dia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.

Sementara, Hashemah ditangkap pada 2016 di dekat pos pemeriksaan militer Qalandia di utara Yerusalem dengan tuduhan serupa. Dia dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Pada awal Juni, pihak berwenang Penjara Damon di Haifa memindahkan kedua wanita tersebut ke sel isolasi setelah terjadi insiden dengan penjaga penjara. Mereka dipindakan ke penjara Al Jalameh.

"Kamera pengintai dipasang di sel tempat Fadwa dan Jihan ditahan, yang melanggar privasi mereka. Kamera dapat menangkap mereka, jika mereka ingin mandi atau menggunakan toilet karena kamar mandi sel tidak dipisahkan oleh pintu," kata Naddaf.

Menurut Naddaf, kedua wanita Palestina itu tidak diizinkan mengenakan pakaian baru dalam sel isolasi tersebut. Mereka telah menghabiskan waktu selama 20 hari di dalam sel isolasi dengan pakaian yang sama. Selain itu, mereka juga tidak diberikan akses listrik dan mendapatkan makanan yang buruk.

"Undang-undang menetapkan, waktu isolasi maksimum tidak melebihi 14 hari, dengan istirahat tujuh hari setelah minggu pertama. Tapi ini tidak terjadi dengan Fadwa dan Jihan. Mereka telah berada di sel isolasi sejak 8 Juni dan ditolak haknya untuk sekadar pergi keluar dari sel dan menikmati matahari di halaman penjara," kata Naddaf.

Naddaf mengatakan, asosiasinya telah meminta kepada administrasi penjara untuk mengakhiri isolasi mereka. Menurut Naddaf, kedua wanita itu membutuhkan ruang untuk bersosialisasi dengan tahanan wanita lainnya guna mengurangi beban psikologis mereka.

"Keduanya menderita tekanan psikologis yang parah karena mereka merindukan anak-anak mereka dan khawatir tentang mereka," ujar Naddaf.

Secara terpisah, keluarga kedua tahanan wanita tersebut menyatakan keprihatinan atas kesehatan mereka. Suami Hamadah, Monter Hamadah mengatakan, istrinya mengalami hipertensi sejak ditangkap dan otoritas penjara Israel belum memberikan obat apa pun.

Fadwa Hamadah adalah ibu dari lima anak yang masih kecil. Anak bungsunya berusia tiga tahun. Kelima anak Fadwa Hamadah kerap menanyakan keberadaan ibu mereka.

Putri bungsu Fadwa Hamadah, Maryam mengenal ibunya melalui foto. Monter Hamadah mengatakan, Maryam diizinkan oleh otoritas penjara Israel mengunjungi ibunya untuk pertama kalinya ketika dia berusia dua tahun. Tepatnya, hampir dua tahun setelah penahanan Fadwa.

"Mereka merindukan ibu mereka setiap hari. Saya tidak tahu bagaimana menjawabnya ketika mereka menanyakannya. Mereka tidak tahu berapa lama dia akan berada di penjara. Mereka tidak dapat mengunjungi ibu mereka sejak wabah virus korona," ujar Monter Hamadah.

Sementara itu, Jihan Hashemah merupakan seorang ibu dari tiga anak. Dia menderita beberapa penyakit kronis seperti hiperlipidemia, masalah kelenjar tiroid dan cedera kaki setelah dia ditembak oleh tentara Israel.

"Anak perempuan Jihan, Farah, mengalami cacat dan membutuhkan perawatan khusus," kata ibu Jihan Hashemah yang mengunjungi putrinya di penjara untuk terakhir kalinya pada Januari.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement