Kamis 09 Jul 2020 14:17 WIB

Iran Perkuat Sistem Pertahanan Udara Suriah Hadapi AS-Israel

Penguatan sistem pertahanan udara jadi kesepakatan militer Iran dan Suriah

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Iran. Iran umumkan rencana perkuat pertahanan udara di Suriah
Foto: Tehran Times
Bendera Iran. Iran umumkan rencana perkuat pertahanan udara di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengumumkan rencana memperkuat sistem pertahanan udara Suriah. Dilansir dari Alarabiya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri mengatakan rencana itu bagian dari kesepakatan militer kedua negara.

"Kami akan memperkuat sistem pertahanan udara Suriah untuk meningkatkan kerja sama militer antara dua negara," kata Bagheri dalam pengumuman yang disiarkan televisi nasional, Kamis (8/7).

Baca Juga

Bagheri menambahkan kesepakatan itu 'meningkatkan semangat kedua negara untuk menghadapi tekanan dari Amerika'. Sejak perang sipil pecah di Suriah, sekutu dekat AS yakni Israel telah melancarkan ratusan serangan udara di negara itu.

Israel menyerang pasukan pemerintah, pasukan sekutu Iran dan pejuang dari kelompok milisi yang didukung Iran yaitu Hizbullah. Iran selalu memandah mengirimkan pasukan dan hanya menjadi penasihat di Suriah.

Di situsnya stasiun televisi Iran menyiarkan video kesepakatan yang ditandatangani oleh Bagheri dan Menteri Pertahanan Suriah Ali Ayoub. Dalam video tersebut juru bicara militer Iran membacakan pernyataan gabungan.

"Perjanjian militer bidang keamanan yang komprehensif ini bertujuan untuk menghadapi meningkatnya bahaya dan terorisme takfiri yang didukung oleh kekuatan internasional dan regional," kata juru bicara tersebut.

Pihak berwenang Iran menggunakan kata takfiri untuk menyebut ekstremis muslim Sunni termasuk kelompok-kelompok yang berperang di Suriah. Pernyataan gabungan ini juga menekankan 'pentingnya penarikan semua pasukan asing yang masuk ke Suriah secara ilegal'.

Bersama Rusia, Teheran adalah sekutu terkuat Presiden Bashar al-Assad sejak perang di Suriah pecah pada tahun 2011. Konflik di negara itu sudah menewaskan 380 ribu orang dan memaksa jutaan warga mengungsi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement