Kamis 09 Jul 2020 14:12 WIB

Dokter RSCM Tanggapi Pernyataan Covid-19 Menular dari Udara

Diperkirakan butuh kondisi khusus yang memungkinkan Covid-19 menular dari udara.

Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi). Sebanyak 200 ilmuwan menyampaikan surat terbuka ke WHO tentang potensi penularan Covid-19 dari udara atau airborne.
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi). Sebanyak 200 ilmuwan menyampaikan surat terbuka ke WHO tentang potensi penularan Covid-19 dari udara atau airborne.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini mengungkapkan adanya kemungkinan risiko penularan Covid-19 melalui udara atau airborne. Pendapat yang diutarakan oleh ratusan ilmuwan ke WHO itu namun masih membutuhkan peninjauan lebih lanjut.

Dokter divisi penyakit tropik dan infeksi, Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Adityo Susilo, belum bisa menyatakan virus SARS CoV-2 bisa menular melalui udara. Namun, menurut dia ada kondisi khusus yang memungkinkan virus SARS CoV-2 menular melalui udara.

Baca Juga

"Untuk Covid-19, medis selalu mencoba mempelajari bukti di lapangan. WHO di awal (Covid-19 ditularkan) melalui droplet kemudian mengubah lagi, kalau pasien mengalami inkubasi dan lain-lain bisa berpotensi menjadi airborne," ujar dia dalam webinar, Kamis (9/7).

"Jadi, harus ada kondisi khusus yang mengubah droplet ini berubah menjadi aerosol yang lebih kecil. Ada pendapat belakangan ini, Covid-19 bisa menular secara airborne, saya tetap mengikuti perkembangan jadi masih droplet," sambung Adityo.

Beberapa waktu lalu, sebuah studi yang menunjukkan virus penyebab Covid-19 bisa bertahan di udara selama beberapa jam, namun WHO meluruskan kondisi ini terjadi pada pasien yang terinkubasi. Adityo mengatakan, jika pada akhirnya WHO memastkan penularan Covid-19 melalui airborne, maka menjaga jarak sosial dan fisik sejauh dua meter tak lagi efektif.

"Logikanya kalau dikatakan airborne, ukuran droplet akan sangat kecil di bawah 5 mikrometer, faktor gravitasi tidak besar peranannya, dia bisa melayang-layang di udara. Kendalanya, sosial distancing yang semula dua meter menjadi lebih lebar," kata Adityo.

Jika sudah menjaga jarak bahkan lebih dari dua meter, berada di ruangan yang sama dengan orang yang mungkin positif Covid-19 maka potensi tertular selalu ada. "Kalau airbone, (menjaga jarak) dua meter menjadi rancu, selama di satu ruangan sama, berbagi sirkulasi udara, Anda berpotensi tertular. Akan banyak perubahan kalau ini bisa menular secara airborne," kata Adityo.

Adityo menegaskan penggunaan masker menjadi hal yang tidak bisa dinegosiasikan lagi. Menjaga jarak fisik dengan orang lain juga sangat penting.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement