Kamis 09 Jul 2020 04:29 WIB

Pakar UMM Bahas Kontribusi Gerakan Sosial di Pandemi Corona

Tidak selamanya gerakan sosial itu berperspektif negatif

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Virus corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar gerakan sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Oman Sukmana memberikan pandangannya tentang kontribusi gerakan sosial dalam melawan Covid-19. Hal ini diungkapkan dalam seminar daring yang digelar FISIP Universitas Sriwijaya (UNSRI), beberapa waktu lalu.

Kaprodi Kesejahteraan Sosial UMM ini menerangkan terdapat banyak jenis gerakan sosial. Tidak selamanya gerakan sosial itu berperspektif negatif seperti identik dengan perlawanan atau pemberontakan tentang suatu hal. Sebab, ada pula gerakan sosial berbasis kesadaran dan peduli pada orang lain yang menjadi ciri khas pergerakan itu sendiri.

Baca Juga

"Sedangkan gerakan sosial yang cenderung dalam konteks melawan atau memberontak adalah tipe gerakan sosial yang lama alias /old social movement," kata Oman.

Di sisi lain perilaku kolektif yang dilakukan sekelompok masyarakat tidak selalu sebuah gerakan sosial. Faktor pembedanya ada pada masalah durasi. Jika aksi tersebut bertahan lama, maka itu sebuah gerakan sosial. Sementara apabila aksinya berlangsung sementara, maka itu hanya perilaku kolektif.

Menurut Oman, saat ini masyarakat pedesaan ternyata memiliki peran penting dalam melawan penyebaran Covid-19. Banyak desa yang membatasi akses masuk dan mengarantina pendatang. Bahkan, tingkat kewaspadaan terhadap orang lain menjadi meningkat selama masa pandemi.

"Dalam konteks melawan Covid-19, apakah masyarakat pedesaan tersebut melakukan gerakan sosial atau hanya sekedar perilaku kolektif?" ucap Oman dalam pesan pers yang diterima Republika, Rabu (8/7).

Menurut Oman, gerakan sosial masyarakat pedesaan sudah melebih perilaku kolektif karena terorganisasi. Kemudian terdapat pertimbangan masyarakat untuk melakukan sesuatu dan bertahan lama. Hal ini sesuai dengan ciri khas gerakan sosial pada umumnya.

Aksi masyarakat pedesaan dalam melawan corona sebenarnya bisa dipahami dalam berbagai perspektif teoritik. Bisa pula dilihat dari mobilisisasi sumber daya dan konsep pergerakan sosial terbaru berbasis teori identitas. "Jika kita ingin aksi kolektif masyarakat menjadi sebuah gerakan sosial yang berhasil, ada sejumlah faktor determinan yang harus dikuatkan,” jelasnya.

Menurut Oman, suatu gerakan harus mendapatkan sejumlah hal yang mendukung. Beberapa di antaranya seperti tindakan pengorganisasian gerakan sosial, harus terdapat aktor dan mobilisasi sumber daya seperti finansial dan pengetahuan. Selain itu juga harus ada partisipasi dari partisipan gerakan.

Selain faktor determinan, juga perlu memperhatikan aspek identitas kolektif, solidaritas dan komitmen dari masyarakat pedesaan. Hal itu karena terdapat indikasi masyarakat yang merasa sehat tidak terlalu peduli dan cenderung merasa dirinya baik-baik saja. Ini menunjukkan solidaritas di kalangan masyarakat yang kurang maksimal, khususnya mereka yang merasa sehat untuk membangun solidaritas pada warga lain.

Di sisi lain, Oman juga mengaku memiliki kritikan tersendiri terhadap gerakan masyarakat pedesaan. Meski telah menjadi gerakan sosial, kesadaran kolektif masyarakat masih kurang. "Sehingga perlu dimaksimalkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement