Kamis 09 Jul 2020 06:10 WIB

Pasar Elektronik Indonesia Sudah Bangkit Kembali

Sejak Maret sampai Mei 2020 penjualan industri elektronik di dalam negeri anjlok.

Pedagang elektronik melayani calon pembeli di jembatan penghubung Pasar Glodok, Jakarta, Sabtu (4/7/2020).Penjualan produk elektronik mulai bergeliat lagi.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pedagang elektronik melayani calon pembeli di jembatan penghubung Pasar Glodok, Jakarta, Sabtu (4/7/2020).Penjualan produk elektronik mulai bergeliat lagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan pasar barang elektronik di Indonesia rebound atau bangkit pada Juni setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan. Hal tersebut dirasakan produsen elektronik Sharp yang penjualannya naik 20-40 persen pada bulan tersebut.

Presdir PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Shinji Teraoka, di Jakarta, Rabu (8/7), mengatakan sejak Maret sampai Mei 2020 industri elektronik mengalami tantangan tersendiri karena penjualan anjlok akibat wabah virus corona melanda Indonesia.

Baca Juga

"Namun pada Juni (penjualan) mulai naik," kata Teraoka pada konferensi virtual.

Dengan optimisme pasar elektronik pulih, Teraoka juga menegaskan tidak akan melakukan PHK di perusahaan yang berdiri sejak 1970 itu.

Secara lebih detail Senior GM Penjualan Nasional SEID Andry Adi Utomo menjelaskan pada Januari-Maret 2020 permintaan barang elektronik secara nasional hanya tumbuh 2,84 persen. Penjualan Sharp sendiri turun sampai 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kemudian Mei-April juga turun lagi 20 persen.

Pada periode pertengahan Maret sampai Mei, pihaknya kesulitan mendapatkan komponen untuk produksi barang elektronik karena sebagian besar negara pengimpor komponen lockdown. Selain itu, SEID juga tidak bisa mendistribusikan barang dan banyak toko yang tutup karena PSBB.

Pada saat itu, kata dia, penjualan AC turun 20 persen, lemari es turun 10 persen, televisi turun 17 persen, dan mesin cuci turun 5 persen. "Namun pada Juni pasar elektronik pulih dan penjualan sejumlah barang elektronik naik seperti lemari es, televisi dan mesin cuci antara 30-40 persen dibandingkan Juni 2019," kata Andry.

Diakuinya, kenaikan signifikan penjualan pada Juni 2020 dibanding Juni 2019 terjadi juga karena tahun lalu ada libur panjang Lebaran. Meskipun demikian, pulih dan bangkitnya pasar elektronik pada Juni membawa optimisme pada pencapaian target SEID untuk tahun fiskal 2020 sebesar Rp11 triliun.

"Permintaannya ada, pasarnya ada, konsumennya ada," katanya. Namun hal itu terganggu oleh dampak pandemi corona yang membuat gerak orang dan barang dibatasi guna menekan penyebaran wabah.

Terbukti, kata dia, penjualan Sharp secara daring naik selama Maret-Juni dari biasanya Rp10 miliar per bulan menjadi Rp20-30 miliar per bulan. Di tengah pandemi, Sharp Indonesia mengoptimalkan penjualan melalui Whatsapp, SMS, maupun online baik melalui market place maupun penjualan online langsung ke konsumen.

"Kita harapkan Juli-September pasar dan penjualan pulih untuk mengejar ketertinggalan target, dan pada Oktober 2020 sampai Maret 2021 tumbuh, sehingga target penjualan Rp11 triliun bisa tercapai," katanya.

Untuk itu, meski masih pandemi Sharp terus mengeluarkan produk baru, seperti meluncurkan kulkas satu pintu Kirei III berdesain Bunga Sakura untuk membidik pasar ibu-ibu yang membutuhkan kulkas tambahan untuk menyimpan bahan makanan selama bekerja dari rumah (WFH).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement