Senin 06 Jul 2020 17:52 WIB

Dua Hal Ini yang Buat Kinerja Keuangan PGN Menurun

Pendapatan dan kinerja operasional PGN sebenarnya tumbuh positif.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melakukan penyaluran gas bumi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) menggunakan teknologi GTM (Gas Transpotation Module) atau Gaslink Truck untuk menjaga suplai Jargas Rumah Tangga di wilayah Semarang tetap aman. (ilustrasi)
Foto: Aji Styawan/Antara
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melakukan penyaluran gas bumi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) menggunakan teknologi GTM (Gas Transpotation Module) atau Gaslink Truck untuk menjaga suplai Jargas Rumah Tangga di wilayah Semarang tetap aman. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada 2019 kemarin jika dibandingkan 2018. Penurunan kinerja keuangan ini disebabkan oleh dua faktor.

Direktur Keuangan PGN, Arie Nobelta Kaban menjelaskan faktor pertama karena perusahaan mendapatkan impairment dari kasus pipa KJG di Tambaklorok. Tak adanya pasokan gas dari Blok Muriah ke PLN membuat PGN perlu melakukan impariment karena kerugian lebih besar dari nilai buku pembelian awal.

"Memang benar dibandingkan 2018 ada penurunan nett income jadi 67 juta dolar. Ada dua faktor. Pertama, impairment pipa KJG di Tambaklorok, pipa ini menghubungkan Muria dan PLN. Blok Muria pada 23 september 2019 berhenti operasi.  Jadi, pipa ini secara accounting perlu di impairment. Karena nilai bukunya lebih tinggi. Jadi 98 juta dolar," ujar Arie di Komisi VII DPR RI, Senin (6/7).

Faktor kedua, Arie menjelaskan ada persoalan perpajakan terkait anak usaha PGN, Saka Energi. Pada saat Saka Energi mengakuisisi Blok Pangkah, menurut pihak perpajakan ada sengketa pajak. Hal ini sudah diproses oleh perusahaan ke pengadilan. Hanya saja, dari sisi putusan peradilan, PGN kalah dari gugatan.

"Ini ada sengketa pajak. menurut pajak, kami belum memenuhi profit brach tax. Ada tiga, 127 juta. 39 juta. 10 juta. Kami menang dua dan kalah satu. PK putus satu, sebesar 127 juta Saka kalah. Karena sudah ada putusan, meskipun tagihan belum ada. Diputuskan kami perlu melakukan provisi di 2019. Itu penurunan nett income," ujar Arie.

Arie mengatakan dari sisi pendapatan dan kinerja operasional sebenarnya perusahaan memiliki pertumbuhan yang positif. Ia menjelaskan ada peningkatan dari sisi kerja operasional sebesar 13 persen.

"Kinerja operasional sebenarnya untuk niaga gas gak ada penurunan. Malah peningkatan 13 persen. Lifting kita memang di Saka, ada penurunan 28 persen," ujar Arie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement