Rabu 08 Jul 2020 22:35 WIB

Dinkes Ingatkan Potensi Serangan Jantung Saat Bersepeda

Pesepeda diminta dapat mengukur diri sendiri dan tidak memaksakan bersepeda.

Bersepeda (ilustrasi). Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dr Fauzan Adima mengingatkan warga yang hobi naik sepeda angin (pegowes), khususnya pemula, untuk bisa mengukur diri agar tak mengancam kesehatan.
Foto: www.freepik.com
Bersepeda (ilustrasi). Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dr Fauzan Adima mengingatkan warga yang hobi naik sepeda angin (pegowes), khususnya pemula, untuk bisa mengukur diri agar tak mengancam kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dr Fauzan Adima mengingatkan warga yang hobi naik sepeda angin (pegowes), khususnya pemula, untuk bisa mengukur diri agar tak mengancam kesehatan. Pesepeda juga diminta mewaspadai potensi serangan penyakit jantung.

Fauzan mengingatkan kepada siapapun untuk mengenali gejala serangan jantung yang bisa menimpa siapa saja, termasuk pegowes. Gejala pertama dari serangan jantung itu adalah nyeri dada. 

Baca Juga

Nyeri ini kerap digambarkan seperti ditindih, kemudian menjalar ke lengan kiri hingga punggung. Biasanya ini diikuti dengan sesak nafas dan keluar keringat dingin.

"Dalam kondisi akut pasien bisa pingsan. Ini tentu berbahaya ketika sedang berada di atas sepeda dan tak ada yang cepat menolong," kata Fauzan yang juga direktur RSUD Gambiran Kota Kediri tersebut di Kediri, Jawa Timur, Rabu (8/7).

Pihaknya mengakui tren bersepeda mendadak ramai di kalangan masyarakat akhir-akhir ini. Di jalanan ramai dengan pegowes baru yang sebelumnya tidak pernah tampak.

Menurut Fauzan, bersepeda adalah jenis olahraga yang sedang disenangi warga di Kota Kediri. Karena itu dirinya juga mengingatkan, terutama kepada para pegowes pemula untuk bisa mengukur diri agar tak mengancam kesehatan.

Disarankan bagi yang baru saja menyukai olah raga bersepeda untuk memeriksakan diri ke dokter atau laboratorium guna mengetahui kemungkinan penyakit, seperti jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan sebagainya.

"Ketika tahu kondisi tubuh, kita akan memiliki ukuran dalam bersepeda," kata Fauzan.

Fauzan juga menambahkan tidak ada patokan jarak dan kecepatan dalam bersepeda. Satu-satunya patokan yang aman adalah menyesuaikan dengan kemampuan diri. Hal tersebut yang membedakan aktivitas bersepeda masing-masing orang tidak sama.

Ancaman terbesar bagi pesepeda, tambah dia, selain kecelakaan lalu lintas juga terjadinya serangan jantung. Secara umum, kombinasi antara faktor bawaan (jenis kelamin, usia, keturunan), riwayat penyakit, dan kerja jantung yang melebihi kemampuan saat bersepeda menjadi penyebab serangan jantung.

Ia juga mengingatkan sebelum serangan itu terjadi, terlebih dulu ada tanda-tanda yang harus dikenali, yakni sesak dan sakit dada. Gejala ini terjadi karena suplai darah ke jantung tak memenuhi kebutuhan kerja jantung saat bersepeda. Karena itu Fauzan meminta kepada pegowes pemula untuk selalu mengukur diri dan menurunkan aktivitas ketika terasa sesak.

Dia juga tidak menyarankan kepada pegowes untuk menggunakan masker saat bersepeda. Sebab menggunakan masker akan mengurangi suplai oksigen ke dalam paru dan membahayakan tubuh.

Dalam kondisi pandemi seperti ini, Fauzan juga mengingatkan kepada pegowes untuk tidak bergerombol atau nongkrong usai bersepeda.

"Langsung pulang dan lepas semua peralatan, terutama sepatu, kaos kaki, helm, kacamata, dan sarung tangan sebelum masuk rumah," kata Fauzan.

Dirinya menambahkan hal lain yang perlu diperhatikan bagi pegowes pemula adalah pemanasan. Sebab olahraga bersepeda menggerakkan seluruh otot tubuh, termasuk paha, otot kaki, otot punggung, otot bahu dan tangan.

"Pemanasan ringan yang bisa dilakukan seperti peregangan area tangan dan kaki. Dan ingat, berhentilah mengayuh saat dada terasa sesak," kata Fauzan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement