Rabu 08 Jul 2020 20:37 WIB

Unisba Hilirisasi Hasil Penelitian Percepat Penanganan Covid

LPPM Uinsba memberi anggaran hibah dosen untuk melakukan riset penanganan Covid-19. 

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. Sejumlah peneliti terus melakukan riset untuk menemukan vaksi antivirus corona. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. Sejumlah peneliti terus melakukan riset untuk menemukan vaksi antivirus corona. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga Pengabdian dan Penelitian Masyarakat (LPPM) Unisba berupaya untuk melakukan hilirisasi dalam setiap penelitian yang dilakukan dosennya. Menurut Sekretaris LPPM Unisba, Ike Junita Triwardhani, hal ini dilakukan supaya hasil riset tersebut bermanfaat bagi masyarakat luas. Serta, untuk memberi solusi terhadap permasalah yang ada di masyarakat. 

Oleh karena itu, menurut Ike, di tengah pandemi Covid-19 ini, LPPM Uinsba memberi anggaran hibah kepada dosen untuk melakukan berbagai riset penanganan Covid-19. Sedikitnya, ada 35 riset di LPPM Unisba yang meneliti tentang Pandemi Covid-19. Empat di antaranya sudah diseminarkan dalam webinar pada Rabu (8/7).

Ke-empat peneliti adalah Taufik Muhammad Fakih, (AktivitasAntivirus Mucroporin terhadap Protease Utama (Mpro) Novel Coronavirus 2019(SARS-CoV-2) melalui Pendekatan Bioinformatika untuk Pengembangan PeptidaAntimikrobial), Titik Respati, (Pilot Game-Based Learning Programto Reduce Anxiety During The Corona Pandemic). Dua peneliti lainnya adalah Suwendar, (PengembanganSediaan Sabun Cair dari Daun Jambu Air Untuk Pencegahan Penularan COVID-19),dan Fajar Awalia Yulianto, (Pengembangan Protokol Pencegahan Wabah Penyakit Menular (Covid-19)di Universitas).

“Kami memberi tantangan kepada para dosen Unisba untuk menghadirkan kebaruan dalam riset yang dilakukan," ujar Ike usai Webinar, Rabu (8/7).

Menuru Ike, penelitian yang dilakukan tentu harus bermanfaat untuk masyarakat. Setidaknya untuk bisa menjawab tantangan dimasa pandemi ini. 

Dalam melaksanakan riset, Unisba pun tidak berdiri sendiri, tapi mengandeng stakeholder lain, di antaranya Bio Farma. Dengan begitu, ide dari kampus bisa langsung sampai kepada masyarakat, karena menggandeng industri.

"Kami mengharapkan dengan riset ini bisa memberi sumbangsihkepada masyarakat. Khususnya saat ini, dengan riset kami ini bisa menyelesaikan permasalahan pandemi Covid-19,” katanya.

Tahun ini, LPPM Unsiba memberi hibah penelitian kepadadosen dengan anggaran sekitar Rp 700 juta. Begitu pun untuk pengabdian masyarakat, Unisba pun mengalokasikan anggaran Rp 700 juta. 

Tidak hanya itu, dosen Unisba juga banyak menerima hibah penelitian baik yang diragap internal. Seperti, dari fakultas masing-masing maupun yang dibiayai dari pihak lain seperti kementerian pendidikan dan kebudayaan.

"Karena saat ini di tengah pandemi, maka penelitian yang adamemang diarahkan seputar Covid-19. Titik berat riset ini tidak hanya sampaipada tatarn konsep tapi harus bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.

Sementara menurut Fajar Awalia Yulianto, yang meneliti tentang (Pengembangan Protokol Pencegahan Wabah Penyakit Menular (Covid-19)di Universitas, kasus Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi. Bahkan, banyak ahli yang memprediksi puncaknya kasus Covid-19 di Indonesia dengan berbeda-beda. Mengapa berbeda karena puncak kasus diprediksi berdasarkan statistik data yang valid. 

“Kalau data valid, prediksi juga mendekati valid. Sebaliknya, jika data tidak valid maka prediksi pun bisa tidak valid. Dan prediksi itu tidak akan pasti, bisa saja tepat bisa jadi melesat, bergantung data yangmasuk,” katanya.

Saat ditanya soal faktor apa saja yang bisa menghilangkan kasusCovid-19, Fajar mengatakan, penyakit menular bisa menghilang jika angka reproduksinya di bawah 1. Lalu, penyakit menular bisa hilang jika sudah adaobat atau vaksinnya. Sebelum ada vaksin, turunkan kontak antar manusia denganmanusia, menggunakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak.

“Durasi sakitnya juga diturunkan. Namun, dalam virus Coronaini, memang agak sulit, karena ada yang ditularkan dari orang yang tanpagejala. Berdasarkan penelitian, 30-35 persen penyakit ini tertular dari orang yang tanpa gejala,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement