Rabu 08 Jul 2020 15:27 WIB

Saham AirAsia Anjlok Lebih dari 10 Persen

AirAsia mengakui saat ini merupakan momen terberat sejak 2001.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah armada pesawat AirAsia terparkir di Apron Terminal 1D Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Saham AirAsia turun 10 persen di perdagangan di Bursa Kuala Lumpur, Malaysia.
Foto: ANTARA/fauzan
Sejumlah armada pesawat AirAsia terparkir di Apron Terminal 1D Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Saham AirAsia turun 10 persen di perdagangan di Bursa Kuala Lumpur, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Masa depan maskapai berbiaya hemat (LCC) terbesar di Asia, AirAsia, disebut berada dalam keraguan signifikan. Saham maskapai penerbangan berbasis di Malaysia turun lebih dari 10 persen pada Rabu (8/7).

Baca Juga

Pendiri dan CEO maskapai ini adalah taipan Tony Fernandes, yang juga ikut memiliki klub sepakbola Queens Park Rangers (QPR) di Inggris. Maskapai penerbangan dunia ini terpukul keras oleh penurunan tajam jumlah penumpang karena pembatasan perjalanan yang ketat akibat Covid-19.

Auditor Ernst & Young menyoroti utang besar maskapai itu dalam sebuah pernyataan di bursa saham Kuala Lumpur, Selasa (7/7) malam. Auditor tersebut menyatakan kewajiban lancar AirAsia telah melebihi aset lancarnya sebesar 1,84 miliar ringgit (Rp 6,2 triliun) pada akhir 2019, sebelum dimulainya pandemi.

Kinerja keuangan dan arus kas maskapai Asia ini semakin terpukul oleh penghentian operasi sejumlah pesawatnya di tengah pembatasan perjalanan yang ketat. "Kemerosotan ini dan kinerja keuangan AirAsia mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan signifikan pada kemampuan grup dan perusahaan untuk terus berlanjut," kata Ernst & Young dalam pernyataan opini audit tanpa pengecualian, dilansir di BBC, Rabu (8/7).

Pada hari Senin (6/7), AirAsia melaporkan rekor kerugian kuartalan sebesar 803,8 juta ringgit (Rp 2,7 triliun). Maskapai ini mulai menangguhkan penerbangan pada akhir Maret.

"Sejauh ini, kondisi ini adalah tantangan terbesar yang kami hadapi sejak kami mulai pada 2001. Setiap krisis adalah hambatan untuk diatasi dan kami telah merestrukturisasi grup ini menjadi kendaran yang lebih ramping dan kencang." kata Fernandes dalam sebuah pernyataan.

Ia menyatakan AirAsia positif dalam langkah menurunkan belanja kas setidaknya 50 persen tahun ini. Hal itu diyakini Fernandes akan membuat AirAsia lebih kuat sebagai maskapai berbiaya rendah terkemuka di Asia.

AirAsia mengatakan sedang dalam pembicaraan mengenai usaha patungan dan kolaborasi yang dapat menghasilkan investasi tambahan. Maskapai juga telah mengajukan pinjaman bank dan sedang mempertimbangkan proposal untuk meningkatkan modal tambahan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement