Rabu 08 Jul 2020 14:11 WIB

Jalan Terjal Muslimah Muda Afghanistan Jadi Pejabat Polisi

Muslimah Afghanistan ini dicibir publik dan sebagian keluarga besarnya.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ani Nursalikah
Kepolisian Afghanistan melantik seorang perempuan bernama Zala Zazai untuk posisi Wakil Kepala Departemen Investigasi Kriminal di Provinsi Khost.
Foto: Twitter
Kepolisian Afghanistan melantik seorang perempuan bernama Zala Zazai untuk posisi Wakil Kepala Departemen Investigasi Kriminal di Provinsi Khost.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Zala Zazai baru-baru ini menempati posisi Wakil Kepala Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Provinsi Khost yang terpencil di Afghanistan. Ia menduduki jabatan itu setelah menempuh jalan terjal.

Keputusan Zazai menjadi polisi hingga jabatan tinggi mengundang cibiran dari publik dan sebagian keluarga besarnya. Afghanistan dikenal sebagai negara patriarki yang menjauhkan perempuan dari jabatan penting.

Baca Juga

Namun, Zazai menganggap kesulitan yang dihadapinya ialah tantangan untuk terus maju ke depan. Ia tetap memegang prinsip utama pelayanan masyarakat.

"Saya lahir dari keluarga dari suku tertentu dimana mereka tak mengizinkan perempuan belajar. Anda pikirkan saja ketika mereka tahu saya jadi polisi. Tapi ibu selalu mendukung saya hingga berhasil melalui kesulitan," kata Zazai dilansir dari Al Arabiya, Rabu (8/7).

 

Zazai mulai menjabat Wakil Kepala Kepolisian Khost pada Juni lalu. Ia tak keberatan ketika mendapat amanah ini karena ingin menyuarakan kesamaan gender.

"Saya mengambil langkah maju dengan menerima jabatan ini karena saya mencintai pekerjaan ini, dan saya dapat melayani perempuan sebaik mungkin," ujar Zazai.

Zazai berharap suara perempuan lebih banyak terdengar usai dirinya menjabat posisi penting di kepolisian. Ia juga mengajak agar mereka meniru jejaknya.

"Saya harap lebih banyak perempuan terinspirasi bergabung dengan militer atau kepolisian. Setiap perempuan di negara ini berhak bekerja bersama pria," ucap Zazai.

Zazai meminta publik tak sekedar mengkritiknya sebagai perempuan. Ia ingin publik juga menilai pekerjaannya.

"Saya berharap didukung masyarakat,tapi jika saya salah dalam pekerjaan silakan dikritik," kata Zazai.

Sebelumnya, perempuan dilarang bekerja di sektor publik selama masa Taliban berkuasa di Afghanistan sepanjang 1996-2001. Perempuan hanya diizinkan memiliki bisnis kecil dari rumah jika ingin mendapat penghasilan. Sejak Taliban tak lagi berkuasa, perempuan mulai mendapat pekerjaan di sektor publik. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement