Selasa 07 Jul 2020 12:50 WIB

Kementan Ajak Masyarakat Dukung Temukan Penawar Covid-19

riset yang dilakukan Balitbangtan sudah sesuai dengan arahan Menteri Pertaniain

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Daun eucalyptus. eucalyptus belum bisa dianggap sebagai obat untuk anti virus corona penyebab Covid-19. Sebab, masih perlu pembuktian dengan proses panjang hingga pengujian klinis atau pada manusia.
Foto: Wikipedia
Daun eucalyptus. eucalyptus belum bisa dianggap sebagai obat untuk anti virus corona penyebab Covid-19. Sebab, masih perlu pembuktian dengan proses panjang hingga pengujian klinis atau pada manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sejumlah negara di dunia sedang berpacu mencari solusi mengatasi penyebaran wabah Covid-19, termasuk Indonesia. Melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, Indonesia baru menemukan inovasi produk antivirus berbahan dasar tanaman eucalyptus.

Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan, mengajak seluruh komponen bangsa untuk bekerjasama dan saling bersinergi mencari penawar Covid-19. Semua Kementerian dan Lembaga memiliki kompetensi untuk berkonstribusi memerangi penyebaran virus asal China ini."Kalau kita tidak mulai kapan lagi. Kita punya potensi tanaman herbal yang sangat berlimpah dan dari beberapa telusur ilmiah ini bisa dimanfaatkan," katanya Fadjry dalam Siaran Pers Kementan, Selasa (7/7).

Menurut Fadjry, riset yang dilakukan Balitbangtan sudah sesuai dengan arahan Menteri Pertaniain Syahrul Yasin Limpo yang meminta menggali potensi besar obat dan penawar untuk manfaat bangsa dan negara. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai produk dalam negeri sendiri. Semua ikhtiar yang dilakukan untuk berkontribusi kepada negara menghasilkan sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," katanya.

Fadry menjelaskan, penelitian eucalyptus diawali dengan studi literatur dan juga pengalaman empiris tanaman potensial antivirus dan penambah daya tahan tubuh.  Selanjutnya terpilih sekitar 50 tanaman potensial. Kemudian dilakukan ekstraksi maupun destilasi untuk mendapatkan bahan aktifnya. Bahan aktif yang diperoleh lalu diuji karakteristik dan kemampuan anti virusnya dengan pengujian in vitro pada telur berembriyo.

Hasilnya, beberapa bahan aktif menunjukkan eucalyptus mampu membunuh 80-100 persen virus influenza maupun Covid-19. Tahapan selanjutnya adalah mengembangkan minyak eucalyptus tersebut menjadi beberapa varian produk diantaranya roll on, inhaler, balsam, diffuser dan kalung aromaterapi.

"Belum melalui uji klinis karena uji klinis harus dilakukan oleh tim dokter, dimana untuk kasus uji klinis harus diketuai oleh Dokter spesialis paru. Balitbangtan tidak punya wewenang dan kompetensi melakukan uji klinis.  Namun saat ini tawaran untuk uji klinis sudah datang dari UNHAS dan tas Universitas Indonesia (UI)," katanya.

Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial mengatakan, dalam melakukan uji invitro produk itu cukup efektif bekerja untuk menetralisir virus."Tentunya kami mengapresiasi apa yang telah diupayakan dari Balitbangtan dan Veteriner yang melakukan riset berbahan alami yang sudah digunakan sejak zaman nenek moyang kita," katanya.

Untuk dukungan pengembangan riset tersebut, FKUI akan bekerjasama melakukan riset lebih jauh baik ditingkat medical, vaksin ,identifikasi virus, dan riset-riset lainnya. "Kami berharap dapat menjawab harapan dari pemerintah dan masyarakat yang begitu besar terhadap inovas produk ini," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement