Selasa 07 Jul 2020 10:15 WIB

Korut: Kami tak Berniat untuk Bertemu AS

Korsel menyarankan Kim Jong-un bertemu lagi dengan Donald Trump.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Foto: AP/KCNA via KNS
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) tidak berniat untuk kembali membuka pembicaraan terkait nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Pyongyang mendesak Korea Selatan (Korsel) agar tidak mencampuri urusan dalam negeri Korut.

Direktur Jenderal urusan AS Kementerian Luar Negeri Korut, Kwon Jong Gun menuding Korsel salah menafsirkan pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Choe Son-hui. Sebelumnya, Choe menepis rumor tentang pertemuan puncak antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump.

Pada Sabtu lalu, Choe mengatakan bahwa Korut tidak perlu melakukan pertemuan puncak dengan AS. Hal ini dinyatakan setelah Presiden Korsel, Moon Jae-in menyarankan agar Kim dan Trump kembali bertemu untuk bernegosiasi mengenai denuklirisasi sebelum pemilihan presiden AS pada November mendatang.

"Ini adalah saatnya untuk menghentikan campur tangan urusan orang lain, tetapi tampaknya tidak ada obat untuk kebiasaan buruknya. Berbicara secara eksplisit sekali lagi, kita tidak punya niat untuk duduk berhadapan dengan Amerika Serikat," ujar Kwon dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita resmi KCNA.

Trump dan Kim bertemu pertama kalinya pada 2018 di Singapura. Pertemuan tersebut meningkatkan harapan untuk mencapai kesepakatan terkait program nuklir Pyongyang. Namun, tidak ada kesepakatan dalam pertemuan itu.

Kim dan Trump kemudian kembali mengadakan pertemuan puncak pada 2019 di Vietnam. Negosiasi dalam pertemuan kedua tersebut juga menemui jalan buntu.

Deputi Menteri Luar Negeri AS, Stephen Biegun dijadwalkan tiba di Seoul pada Selasa (7/7) malam. Biegun berada di Korsel untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat setempat mengenai cara untuk menghidupkan kembali perundingan nuklir.

Pekan lalu, Biegun mengatakan, masih ada waktu bagi kedua belah pihak untuk kembali melakukan pembicaraan dan membuat kemajuan besar. Namun, pertemuan sulit dilakukan karena terganjal pandemi virus Corona.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement