Senin 06 Jul 2020 05:24 WIB

Alternatif Baru di Industri Smartphone: Huawei Mobile Services

Alternatif Baru di Industri Smartphone: Huawei Mobile Services

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Alternatif Baru di Industri Smartphone: Huawei Mobile Services. (FOTO: Huawei)
Alternatif Baru di Industri Smartphone: Huawei Mobile Services. (FOTO: Huawei)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Kehadiran Huawei Mobile Services memberi warna baru di industri smartphone. Huawei Mobile Services dipersenjatai dengan Huawei AppGallery untuk melawan dominasi App Store dan Play Store.

Nur Cahayati, salah seorang konsumen, mengatakan dirinya tertarik untuk membeli smartphone dengan merek Huawei. Akan tetapi, dia merasa ragu karena pernah mendengar kabar bahwa Google memblokir layanan di perangkat Huawei. Ia khawatir jika membeli smartphone Huawei maka tidak bisa mengunduh aplikasi-aplikasi populer seperti Instagram, WhatsApp, hingga YouTube.

"(Huawei) ini sudah support Google dan Play Store atau belum ya?" katanya dikutip oleh Warta Ekonomi di Jakarta, Sabtu (4/7/2020).

Baca Juga: Soal Tekanan AS ke Huawei, China: Setop Salah Gunakan Kekuasaan!

Pengusaha asal Cirebon ini kemudian mengetahui bahwa Huawei telah merilis Huawei Mobile Services yang merupakan alternatif dari Google Mobile Services. Artinya, pengguna bisa menikmati layanan serupa dengan Google di perangkat-perangkat Huawei. Lantas, apa saja layanan yang terdapat di Huawei Mobile Services?

Salah satu layanan yang terdapat di Huawei Mobile Services ialah AppGallery yang merupakan platform distribusi aplikasi untuk pengguna perangkat Huawei. AppGallery mirip dengan App Store untuk pengguna perangkat iOS maupun Play Store untuk pengguna Android.

Di AppGallery pengguna bisa mengunduh aplikasi-aplikasi populer meliputi aplikasi e-commerce, perbankan, perjalanan, hiburan, berita, dan jasa ekspedisi yang ada di Indonesia. Beberapa aplikasi lokal kategori perbankan dan keuangan yang bisa ditemukan di AppGallery antara lain BNI Mobile Banking, BCA Mobile, Dana, Akulaku, Permata Mobile, dan GO Mobile oleh CIMB Niaga.

Aplikasi belanja online yaitu Blibli, Matahari, Tokopedia, JD.ID, Bukalapak, dan Shopee. Aplikasi game dan hiburan, yaitu Wawa, Hago, CGV Blitz, MAXStream, Vidio, UseeTV Go, Langit Musik, dan RCTI +.

Aplikasi media sosial Line dan Here We Go untuk aplikasi navigasi. Untuk aplikasi berita seperti Baca, BaBe, Detik, CNN Indonesia, Kompas, Caping, Liputan6, Umma, dan CNBC Indonesia. Operator yaitu MyXL, My Telkomsel, My IM3, bima+. Aplikasi pemerintah BPJSTKU dan Info BMKG. Aplikasi travel seperti Traveloka, Garuda Indonesia Mobile, dan KAI Access. Adapun, aplikasi ekspedisi yaitu J&T dan My JNE.

Selain AppGallery, Huawei Mobile Services juga memiliki beberapa aplikasi dan layanan seperti Huawei Browser, Huawei Mobile Cloud, Huawei Themes, Huawei Music, Huawei Video, Huawei Reader, hingga Huawei Assistant.

Pengembangan Ekosistem

Huawei Mobile Services tercatat telah digunakan oleh lebih dari 600 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Peningkatan pengguna tersebut seiring dengan semakin banyaknya pengembang atau mitra yang terdaftar hingga mencapai 1,3 juta pengembang.

Deputy Country Director Huawei Consumer Business Group Indonesia, Lo Khing Seng, mengatakan Huawei Mobile Services akan terus memprioritaskan pengembangan ekosistem yang komprehensif untuk peningkatan pengalaman pengguna. Ia memastikan Huawei berkomitmen untuk terus mengembangkan Huawei Mobile Services termasuk dengan mitra dan pengembang lokal.

"Dengan mengutamakan kemudahan, kecepatan, dan kelancaran pada smartphone Huawei," ujar Lo Khing Seng.

Lo Khing Seng mengatakan Huawei AppGallery telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam Petal Search Widget – Find Apps dan aplikasi apa pun yang sudah tersedia di AppGallery akan muncul di bagian atas setiap pencarian di alat baru.

"Ratusan aplikasi baru juga terus ditambahkan ke AppGallery setiap minggu," ujarnya.

Selain itu, imbuhnya, pengguna juga dapat mencari serta mengunduh berbagai aplikasi yang mendukung keseharian mulai dari aplikasi pengirim pesan WhatsApp hingga media sosial seperti Instagram dengan mudah.

Bekerja sama dengan berbagai mitra dan para pemimpin mesin pencarian global, ia mengatakan Petal Search Widget – Find Apps menyatukan beragam aspek terbaik terkait teknologi keamanan dan keselamatan berbasis perangkat keras, dikombinasikan dengan standar privasi yang ditetapkan oleh mesin pencarian privacy-by-design untuk memastikan standar tertinggi privasi dan keamanan data pengguna Huawei.

Petal Search Widget – Find Apps saat ini telah mendukung lebih dari 40 bahasa dan tersedia di 45 negara dan area, serta ke depannya direncanakan untuk hadir di berbagai negara lainnya. Find Apps saat ini sudah dapat diunduh dengan mudah di AppGallery dengan memasukan kata kunci Petal Search – Find Apps pada kolom pencarian.

Warna Baru

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, kehadiran Huawei Mobile Services memberi warna baru di industri smartphone. Pengguna jadi memiliki pilihan alternatif lain di antara App Store dan Play Store. Kompetisi di antara AppGallery, App Store, dan Play Store akan mendorong para pengembang untuk melakukan inovasi layanan yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif kepada konsumen.

Inovasi yang dilakukan Huawei Mobile Services tidak main-main. Huawei melaporkan telah berinvestasi sekitar Rp14,5 triliun (US$1 miliar/kurs 14.5000) untuk pengembangan Huawei Mobile Services. Nilai investasi tersebut tentu akan terus bertambah seiring dengan pengembangan yang dilakukan oleh Huawei.

Huawei menciptakan Huawei Mobile Services sebagai jawaban atas tantangan Google yang menutup layanan mereka di perangkat smartphone asal China tersebut. Pada tahun 2019 lalu, industri smartphone dibuat gempar ketika Google memutuskan penutupan layanan Google Mobile Services di perangkat Huawei seperti Play Store, Gmail, hingga Google Search. Alhasil, Huawei hanya bisa menggunakan sistem operasi dari piranti lunak tanpa lisensi atau open source.

Putusan Google memblokir layanan di perangkat Huawei merupakan buntut dari perseteruan panjang antara pemerintah Amerika Serikat dengan China. Presiden AS Donald Trump tahun lalu mendeklarasikan darurat nasional keamanan teknologi dan melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan peralatan telekomunikasi asal China.

Pemerintah AS kemudian memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam karena dianggap menimbulkan risiko keamanan nasional. Huawei juga dilarang untuk ikut ke dalam pembangunan dan pengembangan jaringan 5G di AS.

Huawei berulangkali membantah keras tuduhan AS bahwa perangkatnya dijadikan alat pengintaian oleh agen-agen intelijen China.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement