Ahad 05 Jul 2020 13:58 WIB

Penuturan Alquran Soal Suap di Kalangan Yahudi

Suap menyuap adalah tradisi menyimpang era Yahudi dan risalah Islam.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Suap menyuap adalah tradisi menyimpang era Yahudi dan risalah Islam. Praktik Suap (ilustrasi)
Foto: breakingnewsonline.net
Suap menyuap adalah tradisi menyimpang era Yahudi dan risalah Islam. Praktik Suap (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA— Sogok alias suap bukan saja penyakit pada masyarakat modern. Namun ini  telah mewabah pada umat Yahudi, dan kaum musyrikin sebelum Islam datang.

Dikutip dari buku Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Erwandi Tarmizi, Allah SWT telah mencap umat Yahudi sebagai pemakan risywah (sogok atau suap), Allah berfirman: 

Baca Juga

سَمَّٰعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّٰلُونَ لِلسُّحْتِ

"Mereka (orang-orang yahudi) itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram (uang sogok)." (QS Al-Maidah: 42).

Mengutip Tafsir Al-Baghawi, Hasan Al Bashri dalam menafsirkan ayat ini berkata, "Adalah para hakim (penegak hukum Allah) di kalangan Bani Israel apabila mengadili sebuah persengketaan, salah seorang yang bersengketa menyimpan uang sogok di lengan jubahnya seraya memperlihatkan ke hakim, lalu dia menyampaikan dakwaannya. Maka hakim tersebut memakan uang sogok dan mendengar dakwaan dusta."

Merekapun (umat yahudi) tahu bahwa para penegak hukum Allah dari kalangan mereka adalah para pemakan harta sogok. Sehingga, ketika terjadi persengketaan antara seorang yang pura-pura masuk Islam, dan seorang yahudi, maka Yahudi yang sangat benci terhadap Nabi Muhammad SAW lebih memilih persengketaan mereka diselesaikan Nabi, daripada para hakim dari kalangan. Hal ini karena dia tahu bahwa Nabi memutuskan persengketaan dengan adil, dan tidak menerima sogok.  

Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Sya’bi bahwa seorang munafik (berpura-pura masuk islam) bersengketa dengan seorang yahudi di kota Madinah, maka ketika yahudi meminta agar persengketaan mereka diadili Nabi Muhammad SAW karena dia tahu bahwa nabi tidak menerima sogok, orang munafik tadi menolak permintaan yahudi. Lalu mereka sepakat  mendatangi seorang thagut (dukun, paranormal) memutuskan perkara mereka. 

Lalu Allah menurunkan firman-Nya untuk mengutuk orang munafik tadi, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir At-Thabari.

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا۟ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوٓا۟ إِلَى ٱلطَّٰغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوٓا۟ أَن يَكْفُرُوا۟ بِهِۦ وَيُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS An-Nisaa ayat: 60).

Tradisi sogok di kalangan Yahudi benar-benar mendarah daging. Yahudi Khaibar pernah berusaha menyogok Abdullah bin Rawahah, sahabat yang diutus Nabi untuk menarik kharaj (hasil pertanian) dari Yahudi Khaibar, namun dia menolaknya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement