Ahad 05 Jul 2020 07:32 WIB

Kementan Tegaskan Antivirus Eucalyptus Bukan Vaksin Covid-19

Eucalyptus dikenal mampu melegakan saluran pernapasan, serta menghilangkan lendir.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Kementan bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk memproduksi antivirus dari eucalyptus
Foto: Kementan
Kementan bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk memproduksi antivirus dari eucalyptus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian telah resmi meluncurkan inovasi antivirus berbasis minyak eucalyptus. Antivirus buatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan ini telah berhasil mendapatkan hak patennya. Namun, Kementan menyatakan bahwa antivirus eucalyptus bukan vaksin.

"Ini bukan obat oral, bukan vaksin. Tapi kita sudah lakukan uji efektivitas secara laboratorium dan secara ilmiah kita bisa buktikan. Paling tidak ini bagian dari upaya kita. Minyak eucalyptus ini juga sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah," kata Kepala Balitbangtan Kementan, Fajdry Jufry dalam Siaran Pers Kementan, Sabtu (4/7).

Terkait dengan banyaknya keraguan terhadap antivirus ini, Fadjry mengatakan hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus corona, begitupun di Indonesia. Pemerintah terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (Covid-19) yang masih mewabah di Indonesia.

Ia mengatakan temuan tersebut sudah dipatenkan. Kementan juga menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk pengembangan dan produksinya. Penandatanganan perjanjian Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus antara perwakilan Balitbangtan dan PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) telah diteken pada pertengahan Mei lalu.

 

Fadjry mengatakan, langkah ini ditujukan sebagai bagian dari upaya pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menyikapi pandemi covid yang tengah mewabah, langkah ini juga diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menghargai dan mendukung karya anak bangsa.

“Para peneliti di Balitbangtan ini juga bagian dari anak bangsa, mereka berupaya keras menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsanya, semoga hal ini mampu menjadi penemuan baik yang berguna bagi kita semua” kata Fadjry.

Eucalyptus selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, serta menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut. Menurut Fadjry minyak atsiri eucalyptus citridora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.

Penemuan tersebut disimpulkan melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan. Ia menjelaskan, laboratorium tempat penelitian eucalyptus telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner. Virologi Kementan pun sudah melakukan penelitan sejak 10 tahun lalu dan tak asing dalam menguji golongan virus corona seperti influenza, beta corona dan gamma corona.

"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp. yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus” katanya.

Dalam berbagai studi dikatakan, obat ini hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit -15 menit untuk inhalasi dan cukup efektif bekerja sampai ke alveolus. Dengan kata lain, dengan konsentrasi 1 persen sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.

Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol 1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. Adapun M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.

Penelitian menunjukkan eucalyptus ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus. Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement