Sabtu 04 Jul 2020 19:50 WIB

Sembawa Jadi Penyangga Pangan Nasional

Produk BPTU-HPT Sembawa ini telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia

Dirjen PKH, I Ketut Diarmita mengatakan, produk BPTU-HPT Sembawa ini telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, baik sapi potong dan unggas lokal yang bermutu unggul.
Foto: Ditjen PKH Kementan
Dirjen PKH, I Ketut Diarmita mengatakan, produk BPTU-HPT Sembawa ini telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, baik sapi potong dan unggas lokal yang bermutu unggul.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), yaitu Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Sembawa telah menginisiasi penumbuhan pembibitan di wilayah penyebaran, baik di UPTD maupun di Kelompok Peternak.

 

Baca Juga

Melalui kegiatan distribusi bibit ternak unggul dan alih teknologi ini, diharapkan replikasi pembibit skala menengah dan kecil dalam rangka mendukung pencapaian swasembada protein hewani dapat segera terwujudkan.

Dirjen PKH Kementan RI, I Ketut Diarmita mengatakan, produk BPTU-HPT Sembawa ini telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, baik sapi potong dan unggas lokal yang bermutu unggul. Penyebarannya antara lain ke Provinsi Kalimantan tengah dan Provinsi Kalimantan Timur yang dilaksanakan sampai bulan Desember 2019.

"Distribusi bibit unggul unggas lokal ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur ini sekaligus mendukung pengembangan kawasan penyangga pangan Ibu Kota Negara yang rencananya akan dipindahkan ke Kalimantan Timur," ujar Ketut dalam siaran persnya, Sabtu (4/7).

 

Ketut menjelaskan, dalam mendukung kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini, BPTU-HPT Sembawa membangun sinergitas yang kuat dengan dinas yang membidangi fungsi peternakan tingkat provinsi dan tingkat kabupaten.

Ketut menerangkan, jumlah kelompok yang telah dibina dan diberikan hibah unggas lokal di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 50 kelompok dengan Jumlah ayam 50 ribu ekor. Sedangkan jumlah kelompok di Provinsi Kalimantan Timur adalah 19 kelompok dengan total Jumlah ayam 10 ribu ekor.

Selain hibah berupa bibit unggul DOC (Day Old Chick), paket hibah yang diberikan kepada tiap kelompok adalah pelaksanaan bimbingan teknis yang diikuti oleh dua orang perwakilan dari kelompok dan satu orang petugas pendamping dari dinas.

"Ada juga pakan ternak sejumlah enam kilogram (kg) per ekor, serta bantuan kandang sejumlah Rp 3 juta per kelompok dan paket obat obatan," tambah Ketut.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Sugiono memaparkan, jenis unggas lokal yang dihibahkan terdiri dari Ayam Sembawa, Ayam KUB, Ayam Merawang, dan Ayam Sensi. Masing-masing dari ayam tersebut dikatakan Sugiono memiliki kelebihan spesifik tertentu.

Ayam Sembawa adalah tipe ayam petelur dengan perawakan kecil yang memiliki kemampuan produksi telur sampai 240 butir. Sedangkan jenis lainnya adalah tipe pedaging yang saat ini sedang disukai oleh pencinta daging ayam yang menginginkan citarasa ayam kampung.

"Capaian berat badannya sendiri seberat 1,1 sampai 1,3 kilogram pada umur 80 sampai 90 hari menjadikan ayam jenis ini cocok untuk dikembangkan sebagai tipe pedaging yang menguntungkan," jelas Sugiono.

Hasil kerja keras kelompok peternak dan dedikasi dari dinas yang membidangi fungsi peternakan di tingkat kabupaten dan provinsi juga dikatakan Sugiono mulai menunjukan hasil yang menjanjikan. Kondisi ini bisa dilihat dari mulai munculnya produk peternakan di wiayah tersebut berupa produksi DOC dan telur unggas lokal yang bermutu.

Ia menegaskan, pandemi covid-19 juga tidak menjadi penghalang bagi peternak pulau Borneo untuk terus merintis usaha pembibitan ayam lokal dalam rangka memenuhi ceruk pasar lokal yang selama ini dipenuhi dari pulau Jawa.

Salah satunya, kelompok Kalis yang beralamat di Desa Putai, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Kelompok yang diketuai oleh Bapak Soerojo ini menyatakan kegembiraannya setelah mampu eksis dalam pengembangan usaha pembibitan unggas lokalnya.

Mahalnya harga pakan yang salah satunya disebabkan karena mahalnya biaya transportasi dari Pulau Jawa dapat disikapi dengan memanfaatkan produk lokal berupa sisa pengolahan ikan air tawar, harga jagung lokal yang relatif murah dan limbah produk pertanian lainnya.

"Saat ini kemampuan produksi DOC per minggu sejumlah 200 ekor semuanya ludes untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal," ungkap Sugiono.

Kreatifitas kelompok peternak ini, tidak sampai di situ, Sugiono menyebut mereka sudah berhasil membuat persilangan yang diberi nama ayam Kalis (Kalimantan Sembawa). Ayam yang merupakan persilangan antara ayam lokal Kalimantan dan ayam Sembawa.

"Ayam Kalis ini diketahui memiliki kelebihan pertumbuhan berat badan yang lebih baik," tambah Sugiono.

Perkembangan usaha unggas lokal dari kelompok peternak lainnya juga menunjukan peningkatan. Antara lain di kelompok Makmur, Barito Selatan, Kalimantan Tengah yang sudah mulai memproduksi DOC dan menjual telur konsumsi untuk peningkatan gizi keluarga.

Perkembangan unggas lokal di Provinsi Kalimantan Timur ini sejatinya lebih fokus pada produksi telur untuk konsumsi yang dilaksanakan dengan pola pemasaran ke toko atau warung dengan terlebih dahulu dipacking. Pola ini diyakini bisa menjadi pilihan.

"Yang menerapkan pola ini antara lain Kelompok Tani Bina Bersama Teritip BPP Baitul Makdis di Samarinda," tutur Sugiono.

Sugiono menegaskan, Geliat pembibitan unggas lokal di Kalimantan yang sudah menggembirakan ini tetap perlu didukung oleh para stakeholder. Harapannya supaya pola breeding tidak salah arah dan Kalimantan nantinya mampu menunjukan eksistensinya dalam memenuhi kebutuhan protein hewani yang berasal dari unggas lokal secara mandiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement