Sabtu 04 Jul 2020 00:44 WIB

Macron akan Reshuffle Kabinet, PM Prancis Mundur

Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe pada Jumat mengundurkan diri

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengundurkan diri. Ilustrasi.
Foto: EPA
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengundurkan diri. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe pada Jumat mengundurkan diri menjelang perombakan kabinet oleh Presiden Emmanuel Macron. Reshuffle itu dirancang Macron untuk meningkatkan kepercayaan dari kalangan partai Hijau dan merebut kembali simpati kalangan pemilih yang kecewa menjelang pemilihan.

Istana Elysee mengatakan dalam pernyataan bahwa Philippe akan menangani urusan pemerintahan sampai kabinet baru terbentuk. Spekulasi menyangkut jabatan Philippe itu sudah beredar sejak pertengahan Juni, ketika Macron menyatakan ia ingin "menciptakan kembali" kepresidenannya.

Baca Juga

Dalam perombakan kabinet Prancis, perdana menteri biasanya menyampaikan pengunduran diri menjelang penunjukan anggota-anggota kabinet, namun masih bisa ditunjuk kembali untuk menduduki jabatan PM. Belum ada petunjuk yang jelas apakah Philippe akan kembali diminta untuk membentuk pemerintahan baru.

Pemilihan tersebut memperlihatkan ada peningkatan dukungan bagi partai Hijau, juga menggarisbawahi masalah yang dihadapi Macron dengan kalangan pemilih beraliran kiri. Satu-satunya posisi terang bagi Macron adalah kemenangan Philippe pribadi di kota pelabuhan, Le Havre, di utara.

Dengan hanya memiliki 21 bulan menuju pemilihan presiden berikutnya, Macron ingin mengubah posisinya, kata beberapa penasihat dekatnya. Kalangan analis politik mengatakan Macron melakukan pertaruhan politik jika ia mengganti Philippe, yang lebih populer di mata publik dibandingkan dengan sang presiden sendiri.

Sebagai perdana menteri, kata analis, Philippe telah memperlihatkan kesetiaan yang teguh selama gelombang kerusuhan. Philippe juga dinilai bisa muncul sebagai saingan pada pemilihan presiden 2022.

Namun, mempertahankan Philippe sebagai perdana menteri dinilai mungkin juga menjadi masalah karena Macron bisa terlihat terlalu lemah untuk melepaskan perdana menterinya. Selain itu, partai muda pimpinan Macron juga bisa terlihat tidak cukup kuat untuk melakukan perombakan kabinet secara besar-besaran.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement