Jumat 03 Jul 2020 18:35 WIB

Reshuffle: Di Indonesia Masih Wacana, Di Prancis Sudah Berlangsung

PM Prancis Edouard Philippe hari Jumat (3/7) mengajukan pengunduran diri seluruh kabinet kepada Presiden Emmanuel Macron. Dengan perombakan itu, Presiden Prancis ingin membuka “jalan baru”.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/R. Lafargue
picture-alliance/R. Lafargue

Istana Elysee tempat kedudukan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan dalam sebuah pernyataan hari Jumat (3/7), Edouard Philippe tetap akan menangani urusan pemerintahan sampai kabinet baru ditunjuk.

"Perdana menteri baru akan diumumkan dalam beberapa jam mendatang," kata kantor Presiden Prancis kepada kantor berita AFP. Susunan pemerintahan baru diperkirakan akan diumumkan minggu depan.

Pembubaran kabinet ini membuka jalan bagi perombakan pemerintah, yang secara luas diharapkan rakyat Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron berupaya untuk memenuhi tuntutan para pemilih yang kecewa dan meninjau ulang kebijakannya untuk dua tahun terakhirnya pada masa jabatan ini.

'Jalan baru' Emmanuel Macron

Partai bentukan Emmnauel Macron ”En Marche" menderita kekalahan telak dalam pemilihan komunal di seluruh negeri pada hari Minggu lalu.

Meskipun masih menikmati popularitas yang tinggi di Eropa, citra Emmanuel Macron di dalam negeri telah mengalami kemunduran signifikan. Tekanan politik dalam negeri antara lain dengan dilancarkannya rangkaian aksi protes rompi kuning, yang menentang reformasi tenaga kerja yang marak sebelum pandemi corona.

Kantor Kepresidenan Prancis mengatakan, Emmanuel Macron dan Edouard Philippe telah sepakat bahwa pemerintah baru diperlukan untuk membuka "jalan baru" ke depan.

Menggalang dana pemulihan krisis corona di Uni Eropa

Pada bulan April, Macron mengatakan dia ingin "membentuk kembali" haluannya demi „memenuhi tantangan terbaru" yang dihadapi Republik Prancis. Tetapi kemungkinan besar, sisa dua tahun masa jabatannya akan didominasi oleh tema penanganan wabah corona.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel akhir Juni mengumumkan prakarsa baru pemulihan ekonomi Eropa dengan dana senilai 500 juta euro untuk membantu negara-negara Uni Eropa yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19.

Namun rencana itu ditentang beberapa anggota Uni Eropa yang menolak penggunaan dana Uni Eropa sebagai hibah, bukan sebagai kredit. Negara-negara penentang utama yang dikenal dengan julukan ”empat penghemat" adalah Austria, Belanda, Denmark dan Swedia.

hp/as (ap, rtr, dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement