Jumat 03 Jul 2020 10:17 WIB

Tes PCR Jabar Capai 78 Ribu Rasionya Setara Jerman

tes PCR yang telah dilakukan tepatnya sebanyak 78.108 sampel bertambah 13.076 sampel

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat menyalurkan bantuan 5 ribu unit polymerase chain reaction (PCR) diagnostic test kit atau swab test kit Covid-19 kepada Pemprov Jabar.
Foto: istimewa
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat menyalurkan bantuan 5 ribu unit polymerase chain reaction (PCR) diagnostic test kit atau swab test kit Covid-19 kepada Pemprov Jabar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTPP) Covid-19 Provinsi Jawa Barat telah melakukan uji usap (swab test) sekitar 78.000 sampel di seluruh kota/kabupaten Jawa Barat dalam tiga bulan terakhir. 

Gugus Tugas, pertama kali melakukan tes masif Covid-19 pada 25 Maret dan masih terus berlangsung hingga hari ini. Tes masif terdiri dari uji usap dahak hidung tenggorok dengan teknik PCR, serta pengambilan sampel darah (RDT). 

Data per 28 Juni 2020, tes PCR yang telah dilakukan tepatnya sebanyak 78.108 sampel atau bertambah 13.076 dari pekan sebelumnya. Sementara RDT 176.174 sampel atau bertambah 18.413 dari pekan sebelumnya. Jadi total tes masif di Jabar telah mencapai 254.302 sampel (PCR dan RDT). 

Menurut Ketua Divisi Pelacakan Kontak Deteksi Dini Pengujian Massal dan Manajemen Lab GTPP Covid-19 Provinsi Jawa Barat dr Siska Gerfianti, dari 78.108 sampel PCR, maka rasio tes PCR Jabar per 1 juta penduduk adalah 1.584. Memang, masih butuh kerja keras untuk mencapai syarat minimal WHO yakni minimal 1 persen tes masif dari jumlah penduduk. Jika diasumsikan jumlah penduduk Jabar saat ini sekitar 50 juta jiwa, maka tes PCR yang harus dilakukan 500.000 sampel.

Namun, jika dikalkulasikan dengan tes RDT yang jumlahnya menjadi 254.302 sampel, maka Jabar sudah setengah jalan dari syarat minimal WHO. Siska mengatakan, rasio PCR Jabar sebetulnya sudah tinggi. “Kalau dengan negara lain kita setara dengan Jerman,” ujar Siska, Kamis malam (2/7).  

Menurut Siska, jika dibandingkan dengan kasus positif per 1 juta penduduk, tes masif di Jabar terbilang efektif. Saat ini indeks risiko Covid-19 Jabar berada di angka 62, yang artinya tiap 1 juta penduduk hanya ada 62 orang positif Covid-19. Secara nasional, Jabar angka positif Jabar ada di peringkat 28 atau peringkat tujuh dari tujuh provinsi di Pulau Jawa–Bali. 

Selama tiga bulan terakhir, kata dia, GTPP fokus tes PCR di 10 kabupaten/kota kawasan Bodebek dan Bandung Raya. “Pertama kita lakukan Maret pada Pekan Swab Massal, itu kami keluarkan 15.500 tes PCR serentak,” kata Siska. 

 Dengan event yang sama, kata dia, tes PCR massal dilanjutkan di 17 kabupaten/kota dengan pencapaian Jabar berhasil memeriksa dengan PCR hingga 3.000 sampel. “Kemarin sisanya 17 kota dan kabupaten totalnya ada 25.000 test kit PCR,” kata Siska seraya mengatakan, sekarang pun sebenarnya Jabar juga fokus Bandung Raya dan Bodebek karena kasusnya masih tinggi.

Untuk keperluan tes PCR selama ini, kata dia, sebanyak 45.000 test kit dibeli sendiri oleh Pemprov Jabar, ditambah dari bantuan pemerintah pusat, dan 10.000 sumbangan dari pihak ketiga. Saat ini Jabar masih memiliki stok 70.000 tes kit PCR yang disimpan di Balai Laboratorium Provinsi Jawa Barat (Labkes) di Jalan Sederhana, Kota Bandung.  

Dalam waktu dekat, kata dia, Pemprov Jabar juga akan membeli 150.000 test kit PCR sebagian impor sebagian buatan dalam negeri. Pembelian sendiri ini diperlukan untuk kepentingan efektivitas kerja. “Kadang datangnya bantuan tidak paket full. Datang dulu reagent ekstrasi, nyusul mesin PCR nanti nyusul barang lainnya,” kata Siska.   

Siska berharap, tes PCR Jabar semakin cepat mendekati standar 1 persen WHO. Oleh karena itu, GTPP saat ini sedang  gencar – gencarnya menggelar Pekan Swab Massal terutama di perbatasan Jabar dengan provinsi lain. Selain itu juga menjadi bidikan utama pasar tradisional, terminal dan stasiun kereta api.  

Siska, mengapresiasi kesadaran masyarakat dalam melakukan tes PCR semakin baik seiring dengan sosialisasi dan edukasi. Diakui ada saja warga yang menolak tes PCR dengan berbagai macam pertimbangan. “Tapi sebagian besar warga happy-happy saja,” kata Siska.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement