Jumat 03 Jul 2020 04:58 WIB

Italia Sita 14 Ton Narkoba ISIS, Bagaimana dan untuk Apa?

Sebanyak 14 ton narkoba yang diproduksi ISIS disita kepolisian Italia.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto: VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Polisi Italia menyita tiga kapal kontainer yang merapat di Pelabuhan Selatan Salerno, yang berisikan 14 ton pil Captagon yang disembunyikan di dalam mesin dan tabung besar. Kepolisian Italia mengatakan, operasi kali ini merupakan penyitaan amfetamin terbesar dalam sejarah, dan diduga berasal dari sumber yang mungkin mengejutkan banyak orang.

Mereka mengatakan, obat psikotropika berjenis stimulan itu diduga diproduksi di Suriah oleh kelompok Negara Islam (ISIS). Penyitaan pil Captagon tersebut senilai sekitar 1 miliar euro (1, 6 miliar dolar).

Pil Captagon adalah sejenis amfetamin fenethylline hydrochloride, yang dibuat dari bahan-bahan dasar obat sintetis bernama fenethylline yang dicampur dengan kafein atau bahan lainnya. Awalnya, obat ini dipasarkan sebagai pengobatan untuk kondisi seperti narkolepsi, depresi dan hiperaktif. Namun, penggunaan pil Captagon telah dilarang di sebagian besar negara sejak 1980-an.

Kendati demikian, versi tiruan dari obat ini justru tetap populer di Timur Tengah. Pil Captagon dikenal sebagai doping atau 'obat jihad' yang memiliki efek penghambat rasa takut dan stimulasinya juga terbukti berguna selama berlangsungnya baku tembak berkepanjangan di daerah yang dilanda perang. Namun, obat ini tidak banyak digunakan di Eropa.

Laporan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan, bahwa Suriah telah menjadi area produksi utama pil Captagon tiruan tersebut. Bahkan, kelompok ISIS disebut termasuk yang memproduksi pil doping itu. Menurut otoritas Italia, ISIS hendak menjual obat-obatan itu untuk mendanai kegiatan militannya.

Selama bertahun-tahun, Captagon dikenal sebagai 'obat jihad' karena kerap ditemukan di tempat persembunyian militan. Termasuk yang digunakan para teroris di balik serangan teater Bataclan 2015 yang menewaskan 90 orang di Paris.

Michael Walsh dalam artikelnya di laman ABC News, dilansir Kamis (2/7), menuliskan bahwa laporan penggunaan narkoba yang meluas oleh pejuang ISIS bukan hal baru. Dikatakan, bahwa terdapat laporan penggunaan Captagon di semua sisi konflik Suriah.

Dalam laporan World Drug Report terbaru, Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengatakan bahwa produksi Captagon tiruan di Timur Tengah dipusatkan terutama di Suriah dan Lebanon. Pil Captagon itu diproduksi secara ilegal untuk penggunaan domestik dan ekspor.

Versi obat tiruan ini kerap mengandung amfetamin, yang dicampur dengan kafein dan zat lain. Fenetilin, amfetamin yang digunakan dalam versi nama merek yang telah lama dilarang, telah menjadi zat yang dikendalikan selama beberapa dekade sekarang dan selanjutnya lebih sulit diperoleh. Sehingga, amfetamin lain sering digunakan dalam versi palsu atau tiruan.

photo
Ilustrasi narkoba- (Pixabay)

Hingga perang saudara Suriah dimulai pada 2011, Bulgaria dan negara-negara Balkan lainnya adalah sumber utama pil Captagon palsu. Konflik di Republik Arab Suriah tampaknya memiliki dampak. Pasalnya, berbagai faksi yang mencari akses ke pendanaan melalui keterlibatan dalam perdagangan obat-obatan terlarang, kemudian memiliki dorongan untuk menjadi aktif dalam memproduksi Captagon.

Hal itu ditambah oleh ketidakstabilan di kawasan yang membantu mendorong pembuatan dan perdagangan obat tersebut. Selain itu, kondisi di kawasan menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap pembuatan obat terlarang, dan pemantauan yang buruk terhadap laboratorium klandestin di mana obat itu dibuat.

Selanjutnya, laporan UNODC mengatakan bahwa perdagangan narkoba adalah sumber pendapatan tambahan bagi kelompok teroris dan pemberontak di Timur Dekat dan Timur Tengah. Kendati polisi Italia mengatakan bahwa mereka percaya pengiriman besar Captagon itu dibuat oleh ISIS. Namun, dikatakan bahwa sulit untuk mengetahui hal itu.

Pasalnya, otoritas Italia juga tidak memberikan indikasi bagaimana kelompok teror yang telah melemah secara signifikan di Suriah itu, akan mampu menghasilkan pil Captagon dalam jumlah besar, dan apalagi menyelundupkannya ke Eropa. Namun demikian, penulis menyebut bahwa semua pihak dalam konflik Suriah berpotensi terlibat dalam pembuatan obat amfetamin itu. Termasuk, kelompok militan yang berpusat di Lebanon, yakni Hizbullah, yang bersekutu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Penulis juga mengatakan, ada pasar besar untuk pil Captagon tiruan di Timur Tengah. Namun, tujuan terbesar untuk obat-obatan ini adalah Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya seperti Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Kuwait, dan Bahrain. Menurut UNODC, pasar untuk obat tersebut juga membuka jalan ke Libya dan Sudan.

Penelitian tentang penggunaan narkoba di negara-negara ini sangat terbatas. Sehingga tidak diketahui seberapa luas penyalahgunaan Captagon di kawasan ini, atau kelompok demografis mana yang merupakan pengguna terbesar.

Sebelumnya, ada beberapa bukti pil Captagon palsu yang diperdagangkan ke Eropa. Namun, ini kerap hanya untuk transit sebelum diteruskan ke tujuan di mana pil Captagon palsu tersebut lebih banyak digunakan, seperti Arab Saudi.

Karena itulah, pengiriman besar-besaran yang kemudian disita oleh otoritas Italia menimbulkan pertanyaan. Jika Captagon tidak banyak digunakan di Eropa, mengapa menyelundupkan pil dalam jumlah sangat besar ke Italia?

Menurut UNODC, Eropa sendiri merupakan sumber utama bahan kimia prekursor (pendahulu) yang digunakan untuk membuat pil Captagon tiruan. Bahan kimia tersebut diselundupkan ke Suriah melalui pelabuhan laut.

Sementara itu, polisi Italia mengatakan pandemi Covid-19 yang menyebabkan sebagian besar Eropa memberlakukan lockdown lebih lama, kemungkinan memberikan petunjuk. Penerapan lockdown dianggap kemungkinan telah menghambat produksi amfetamin di Eropa. Sementara itu, para penyelundup lokal harus mendapatkan obat-obatan yang dikirim dari Suriah, di mana sejumlah produsen mungkin dapat terus memproduksi obat-obatan tersebut tanpa gangguan.

Polisi Italia mengatakan, mereka tengah mencari tahu apakah ada kelompok kejahatan terorganisir di wilayah Naples yang terlibat dalam pengiriman pil Captagon tersebut. Pelabuhan Salerno sendiri, tempat obat-obatan itu disita, terletak sekitar 50 km selatan Naples.

  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement