Kamis 02 Jul 2020 23:14 WIB

Pabrk Tabung Oksigen Ini Buka Lagi Setalah 7 Tahun Tutup,

Demi membantu pasien corona, pemilik pabrik tabung oksigen membuka kembali usahanya..

Red: Mohamad Amin Madani

Seorang pria menguji oksigen di sebuah pabrik oksigen milik pribadi, di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Selama tujuh tahun, pabrik oksigen Najibullah Seddiqi duduk diam di ibukota Afghanistan, Kabul. Dia menutupnya, katanya, karena korupsi dan pemadaman listrik membuatnya mustahil untuk bekerja. Tetapi ketika coronavirus baru mulai berpacu di negaranya, ia membuka gerbang pabrik yang berdebu dan kembali bekerja. Sekarang dia mengisi ulang ratusan tabung oksigen sehari gratis untuk pasien COVID-19 - dan dengan tarif yang lebih murah untuk rumah sakit. (FOTO : Foto AP / Rahmat Gul)

Seorang pria bekerja di sebuah pabrik oksigen di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Selama tujuh tahun, pabrik oksigen Najibullah Seddiqi tidak bekerja di ibukota Afghanistan, Kabul. Dia menutupnya, katanya, karena korupsi dan pemadaman listrik membuatnya mustahil untuk bekerja. Tetapi ketika coronavirus baru mulai berpacu di negaranya, ia membuka gerbang pabrik yang berdebu dan kembali bekerja. Sekarang dia mengisi ulang ratusan tabung oksigen sehari gratis untuk pasien COVID-19 - dan dengan tarif yang lebih murah untuk rumah sakit. (FOTO : AP / Rahmat Gul)

Orang-orang berbaris untuk mendapatkan oksigen gratis di sebuah pabrik oksigen milik pribadi, di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Selama tujuh tahun, pabrik oksigen Najibullah Seddiqi duduk diam di ibukota Afghanistan, Kabul. Dia menutupnya, katanya, karena korupsi dan pemadaman listrik membuatnya mustahil untuk bekerja. Tetapi ketika coronavirus baru mulai berpacu di negaranya, ia membuka gerbang pabrik yang berdebu dan kembali bekerja. Sekarang dia mengisi ulang ratusan tabung oksigen sehari gratis untuk pasien COVID-19 - dan dengan tarif yang lebih murah untuk rumah sakit. (FOTO : AP / Rahmat Gul)

Seorang pria bekerja di sebuah pabrik oksigen di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Selama tujuh tahun, pabrik oksigen Najibullah Seddiqi tidak bekerja di ibukota Afghanistan, Kabul. Dia menutupnya, katanya, karena korupsi dan pemadaman listrik membuatnya mustahil untuk bekerja. Tetapi ketika coronavirus baru mulai berpacu di negaranya, ia membuka gerbang pabrik yang berdebu dan kembali bekerja. Sekarang dia mengisi ulang ratusan tabung oksigen sehari gratis untuk pasien COVID-19 - dan dengan tarif yang lebih murah untuk rumah sakit. (FOTO : AP / Rahmat Gul)

Seorang pria bekerja di sebuah pabrik oksigen di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Selama tujuh tahun, pabrik oksigen Najibullah Seddiqi tidak bekerja di ibukota Afghanistan, Kabul. Dia menutupnya, katanya, karena korupsi dan pemadaman listrik membuatnya mustahil untuk bekerja. Tetapi ketika coronavirus baru mulai berpacu di negaranya, ia membuka gerbang pabrik yang berdebu dan kembali bekerja. Sekarang dia mengisi ulang ratusan tabung oksigen sehari gratis untuk pasien COVID-19 - dan dengan tarif yang lebih murah untuk rumah sakit. (FOTO : AP / Rahmat Gul)

Seorang pria membantu ayahnya untuk minum jus di Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, untuk pasien COVID-19, di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Media Afghanistan melaporkan pekan lalu bahwa beberapa pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit pemerintah karena kekurangan oksigen medis, meskipun pemerintah membantah laporan tersebut. (FOTO : AP / Rahmat Gul)

Seorang pasien terhubung ke tangki oksigen di Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, untuk COVID-19 pasien di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Media Afghanistan melaporkan minggu lalu bahwa beberapa pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit pemerintah karena kekurangan oksigen medis, meskipun pemerintah membantah laporan tersebut. (FOTO : AP / Rahmat Gul)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Selama tujuh tahun,  pabrik oksigen milik Najibullah Seddiqi di ibukota Afghanistan, Kabul, tidak beroperasi. 

Menurut pemilik, pabriknya ditutup akibat marak praktik korupsi yang merugikan usahanya serta seringnya pemadaman listrik. 

Tetapi ketika pandemi virus corona mendera Afghanistan, ia memutuskan untuk membuka kembali pabriknya. 

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement