Jumat 03 Jul 2020 00:15 WIB

Kebakaran Meningkat 20 Persen di Hutan Amazon

Peningkatan kebakaran dikhawatirkan akan menjadi besar seperti tahun lalu.

Rep: Febryan A/ Red: Nora Azizah
Data pemerintah Brasil menunjukkan bahwa titik api di hutan hujan Amazon pada bulan Juni meningkat 20 persen dibanding periode sama tahun lalu (Foto: ilustrasi kebakaran hutan Amazon)
Foto: EPA-EFE/Victor Moriyama/Greenpeace Brasil
Data pemerintah Brasil menunjukkan bahwa titik api di hutan hujan Amazon pada bulan Juni meningkat 20 persen dibanding periode sama tahun lalu (Foto: ilustrasi kebakaran hutan Amazon)

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Data pemerintah Brasil menunjukkan bahwa titik api di hutan hujan Amazon pada bulan Juni meningkat 20 persen dibanding periode sama tahun lalu. Para peneliti pun khawatir hal ini merupakan pertanda menuju kebakaran besar seperti yang terjadi tahun lalu.

Pakar kesehatan juga mencemaskan soal kabut asap yang bisanya menyelimuti kawasan itu selama musim kemarau. Sebab, bakal menimbulkan masalah pernafasan dan mengakibatkan komplikasi pada pasien Covid-19.

Baca Juga

Badan penelitian luar angkasa Brasil (INPE) mendeteksi 2.248 titik api di hutan hujan Amazon selama Juni 2020, naik dari 1.880 titik api pada Juni 2019. Jumlah titik api terbaru itu adalah yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir untuk bulan Juni.

Kendati demikian, jumlah titik api itu menurun jika dibandingkan dengan yang terjadi pada Agustus 2019. Sebagaimana diketahui, kebakaran pada Agustus tahun lalu memicu kemarahan global dan Brasil dinilai tidak berbuat cukup banyak untuk melindungi hutan hujan terbesar di dunia itu.

Pada Juni 2020, rata-rata per hari terdapat 75 kebakaran di Amazon. Sedangkan pada Agustus 2019, rata-rata per hari hampir mencapai 1.000 kebakaran.

"Ini pertanda buruk, tetapi apa yang sebenarnya akan diperhitungkan adalah apa yang terjadi selanjutnya," kata Philip Fearnside, seorang ahli ekologi di National Institute of Amazonian Research di Brazil, Kamis (2/7).

Menurut Fearnside, indikator yang lebih mengkhawatirkan adalah meningkatnya kegiatan penebangan pohon alias deforestasi di Amazon. Sebab, pembakaran biasanya dilakukan untuk membersihkan lahan setelah pohon ditebang.

Berdasarkan data INPE, deforestasi di Amazon memang meningkat. Naik 34 persen dalam lima bulan pertama 2020 jika dibandingkan periode sama tahun lalu.

Fearnside mengatakan, semakin rusaknya hutan hujan Amzon terjadi karena lemahnya kebijakan pelestarian lingkungan di Brazil. Dan orang yang pantas disalahkan adalah Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro.

Melansir Reuters, Bolsonaro diketahui telah menyerukan agar lebih banyak lahan pertanian dan pertambangan di daerah-daerah yang dilindungi di Amazon. Tapi, ia juga menyebut bahwa negaranya berupaya melestarikan sebagian hutan Amanzon.

Pada Mei 2020, Bolsanaro memang mengerahkan pasukan bersenjata untuk mengawasi Amazon, serupa dengan yang dilakukannya pada Agustus tahun lalu. Namun demikian, deforestasi malah meningkat 13 persen pada Mei dibandingkan periode sama tahun lalu.

Amazon Environmental Research Institute (IPAM), sebuah organisasi non-pemerintah Brasil, memperkirakan, dengan laju deforestasi seperti sekarang, pada akhir Juli akan ada sekitar 9.000 kilometer persegi lahan gundul baru di Amazon.

Menurut analis awal IPAM, jumlah luas lahan gundul baru itu akan melonjak dibandingkan tahun lalu. Sejak Januari 2019, ketika Bolsanaro menjabat Presiden, hingga April 2020 terdapat 5.539 lahan yang digunduli dan dibakar.

Sementara itu, masyarakat di Amazon kini telah mulai cemas akan munculnya asap di kawasan itu selama musim kebakaran. Biasanya akan mencapai puncaknya pada Agustus hingga November.

Guilherme Pivoto, seorang infektolog di negara bagian Amazon, mengatakan kualitas udara yang memburuk dari kebakaran dapat memperburuk bahaya bagi mereka yang menderita Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement