Kamis 02 Jul 2020 18:24 WIB

Epidemiolog: Angka Rerproduksi Covid di Jabar Kembali Naik

Angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 di Jabar saat ini berada pada angka 1,01.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbincang dengan Wakil Gubernur Uu Ruzhanul Ulum di sela-sela rapat Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 di Makodam III Siliwangi, Bandung,
Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbincang dengan Wakil Gubernur Uu Ruzhanul Ulum di sela-sela rapat Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 di Makodam III Siliwangi, Bandung,

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Angka reproduksi Covid-19 di Jawa Barat (Jabar), kembali mengalami kenaikan. Sebelumnya, angka reproduksi Covid-19 di Jabar selalu di bawah angka 1.

Angka reproduksi efektif (Rt) Jabar saat ini berada pada angka 1,01. Padahal pada 20 Juni berada pada angka 0,9. Per 23 Juni Rt di Jabar,  0,92 sementara rata-rata Rt dari 7 Juni sampai 20 Juni yaitu 0,71.

Baca Juga

"Reproduksi di Jabar saat ini 1,01 dengan angka rata-ratanya 0,82. Dari sisi epidomelogi masih terkontrol tapi berpotensi ada peningkatan kasus sekitar satu bulan ke depan," ujar pakar Epidemiologi Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bony Wiem Lestari, di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (2/7).

Bony mengatakan, angka reproduksi efektif memang bukan satu-satunya indikator untuk bisa melihat apakah epidemi Covid-19 di suatu daerah sudah terkontrol atau belum. Karena, terdapat sembilan indikator untuk mengukur keterkendalian penyebaran Covid-19.

Sembilan faktor itu adalah angka laju ODP, laju PDP, laju kasus positif, laju kematian, laju kesembuhan, laju reproduksi Covid-19, laju transmisi, laju pergerakan lalu lintas dan manusia, dan risiko geografis. Namun, kata dia, dengan angka reproduksi efektif yang kemudian naik lagi ini, menunjukkan bahwa ada potensi peningkatan dalam sekitar satu bulan ke depan.

"Sehingga ini perlu kewaspadaan kita bersama terutama dari sektor kesehatan untuk kita juga menyiapkan,"  kata Bony.

Menurut Bony, jika dilihat dari angka rata-rata reproduksi Covid-19 selama dua pekan terakhir, Jawa Barat saat ini ada di angka 0,82. Jadi secara epidemiologi dinyatakan cukup terkontrol namun masih ada potensi peningkatan kasus.

Peningkatan angka reproduksi ini, kata dia, ditanggapi oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil dengan meningkatkan pengetesan Covid-19 di Jawa Barat dan penguatan infrastruktur. Termasuk fasilitas kesehatannya sehingga Jabar bisa lebih siap.

"Jadi ini namanya suatu kewaspadaan bersama juga untuk penduduk Jawa Barat," katanya.

Dalam arti, kata dia, untuk menerapkan protokol kesehatan itu harus dengan disiplin 3M, yaitu menjaga jarak, memakai masker, dan rajin cuci tangan. "Itu merupakan suatu hal yang mutlak sudah harus jadi bagian dari kebiasaan sehari-hari," katanya

Bony mengatakan, belum bisa menyatakan hal ini adalah awal dari gelombang dua penyebaran Covid-19 di Jawa Barat. Karena, pihaknya belum bisa menentukan second wave atau gelombang kedua infeksi harus merupakan angka penambahan kasus yang melonjak cukup tinggi dalam waktu periode yang singkat atau di tempat tertentu.

"Nah sementara ini kita belum melihat ke arah situ. Hanya dengan angka reproduksi yang sudah lewat angka satu itu, artinya sudah jadi warning buat kita semua," katanya.

Tapi, kata dia, hal itu nanti tentu harus dilihat juga tes dan sebagainya. Karena peningkatan angka kasus positif itu juga harus dilihat dengan jumlah tes yang dikerjakan. "Kalau sekarang jumlah tes sebelum stabil, kita harus sangat hati-hati interpretasinya," katanya.

WHO, kata dia, memiliki patokan agar tes pada kasus terduga Covid-19 dilaksanakan kepada 1 per 1.000 penduduk yang memiliki gejala Covid-19 tiap minggunya. Hal ini dilakukan supaya bisa cepat mendiagnosis dan mengisolasi pasien positif.

"Jabar saat ini sedang melakukan peningkatan banyak tes dengan PCR dan rapid test, nanti kita lihat hasilnya. Sejauh ini kalau dites itu PCR sekitar 1.534 per 1 juta penduduk," kata Bony.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil pada Senin (29/6), menyatakan, daerah di Jabar menerapkan PSBB yang sifatnya proporsional. Ia mencontohkan, wilayah Bodebek masih menerapkan PSBB, sementara ada daerah lain yang sudah memulai adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Ia menyatakan, surat edaran yang menjadi dasar hukum AKB sudah diedarkan ke semua Kabupaten/Kota di Jabar. Menurutnya, daerah sebenarnya bisa memilih bisa AKB atau memiliki keinginan berbeda.

"AKB surat dari kami dasar hukum sudah diedarkaan maka daerah bisa memilih mau AKB atau seperti Cimahi punya keinginan berbeda. Itu di Jabar kalau mau AKB ada dasar hukumnya. Tapi kalau mau lanjut (PSBB) bisa sesuai protkol daerah masing," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan di Gedung Sate, Senin (29/6).

Emil mengatakan, selama AKB ini Pemprov Jabar sudah menyiapkan 627 ambulan sudah dilengkapi dengan 300-500 rapid test. "Minggu ini mulai bergerak akan ditambah alat tes dari Unpad, makanya kewasapdaan jangan turun," katanya.

Kemudian, kata dia, selama AKB, pihaknya akan meneruskan pengetesan 100 persen pasar, tempat pariwisata, terminal, dan stasiun sebagai titik paling rawan.

"Nah PSBB, kalau di Bodebek masih ya. Jadi, ini bukan seluruhnya tidak ada PSBB. Kalau non-Bodebek masih PSBB dan non-Bodebek  AKB. Tapi menjelang tanggal 2, ini akan dievaluasi," katanya.

Kemudian, kata dia, dari sisi kasus aktif di Jabar sekarang yang sembuh sudah melebihi yang sakit atau dirawat. Sehingga, kesembuahn ini rata-rata 17 orang per hari.

"Dan kemudian alhamdulillah reproduksi Covid di bawah 1 dan rata-rata ada di 0,79 masih konsisten," katanya.

photo
Data Covid 19 di Provinsi Jawa Barat - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement