Kamis 02 Jul 2020 18:08 WIB

Kekeringan, Petani Minta dibentuk Satgas Pengamanan Air

Pembentukan Satgas Pengamanan Air bisa melibatkan berbagai pihak atasi kekeringan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Lahan pertanian di empat desa di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mulai terancam kekeringan akibat tidak adanya pasokan air irigasi, Senin (29/6).
Foto: KTNA Kecamatan Kandanghaur
Lahan pertanian di empat desa di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mulai terancam kekeringan akibat tidak adanya pasokan air irigasi, Senin (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kekeringan yang mengancam ribuan hektare areal persawahan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, semakin parah. Petani yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) setempat mendesak agar segera dibentuk Satgas Pengamanan Air guna mengatasi kondisi tersebut.

"Untuk mengatasi kekeringan, harus segera dibentuk Satgas Pengamanan Air," ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, kepada Republika.co.id, Kamis (2/7).

Waryono menyebutkan, Satgas Pengamanan Air itu diharapkan bisa melibatkan berbagai pihak. Selain pemerintah daerah, juga melibatkan TNI, Polri, Satpol PP, Dinas PUPR, Dinas Pertanian, BBWS dan KTNA.

Menurut Waryono, Satgas Pengamanan Air itu nantinya berperan untuk melakukan monitoring, pengawasan dan menggiring penggelontoran/gilir air. Jika nantinya menemukan ada oknum yang tidak taat aturun gilir air, dia berharap Satgas bisa mengambil tindakan tegas.

"Selama ini, meski ada jadwal gilir air, tapi air tidak pernah sampai ke areal persawahan di Kecamatan Kandanghaur," ujar Waryono.

Waryono menyebutkan, saat ini ada sekitar 1.300 hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur yang terancam mati akibat kekeringan. Kondisi yang paling parah tersebar di empat desa, yakni Desa Karangmulya, Karanganyar, Wirakanan dan Wirapanjunan.

Berdasarkan pantauan di Desa Karangmulya, Kecamatan Kandanghaur, Kamis (2/7), retakan tanah di areal persawahan yang semula masih sempit, kini semakin melebar. Tanahnya pun semakin mengeras dan mengering.

Sedangkan tanaman padi yang tumbuh diatasnya, menunjukkan sudah ada bagian daunnya yang kering dan berwarna kuning. Hal itu akibat tanaman cukup lama tidak mendapat pasokan air.

"Sekarang kondisi tanaman ibaratnya sudah stadium tiga. Kalau sepuluh hari tidak dapat air, maka akan mati," tukas Waryono.

Waryono mengatakan, setiap lima hari, air memang datang dari Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka. Namun, air yang ada itu harus dibagi untuk empat kecamatan, yakni Kecamatan Terisi, Gabuswetan, Losarang dan Kandanghaur.

"Air jadi tidak maksimal, tidak sampai ke sawah (di Kecamatan Kandanghaur)," ungkap Waryono.

Waryono menduga, air tidak sampai ke wilayahnya itu dikarenakan air banyak yang disedot selama dalam perjalanan. Dia menyebutkan, mulai dari saluran irigasi BT17 – BT21, terdapat sekitar 200 mesin pompa yang menyedot air.

Sementara itu, saat dikonfirmasi mengenai permintaan petani untuk pembentukan Satgas Pengamanan Air, Dandim 0616 Indramayu, Letkol Czi Aji Sujiwo, menyatakan, satgas dari unsur Kodim dan Polres Indramayu akan segera dibentuk

"Sedangkan untuk satgas gabungan, saya laporkan ke Pak Bupati dulu," kata Aji, melalui pesan singkatnya.

Terpisah, Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, menjelaskan, ancaman kekeringan tidak hanya terjadi di Kecamatan Kandanghaur. Namun,  juga di beberapa kecamatan lainnya, di antaranya Kecamatan Terisi, Gabuswetan dan Losarang.

"Yang terparah memang di Kecamatan Kandanghaur," ujar Sutatang.

Sutatang menyebutkan, umur tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur juga masih muda, yakni kurang dari sebulan. Pasalnya, wilayah itu sebelumnya pernah mengalami banjir sehingga harus melakukan tanam ulang.

Sutatang menilai, penyebab kekeringan itu dikarenakan daerah-daerah tersebut berada di ujung irigasi. Akibatnya, selalu paling akhir menerima pasokan air baik dari Waduk Jatigede maupun dari Waduk Jatiluhur.

Tak hanya itu, air juga tak kunjung masuk ke wilayah mereka karena dalam perjalanannya seringkali disedot oleh petani lainnya menggunakan pompa air. Akibatnya, air sudah habis sebelum sampai ke daerah tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement