Rabu 01 Jul 2020 23:27 WIB

Muhammadiyah Menilai Ikhtiar Penyatuan Kalender Positif

Penyatuan kalender Hijriyah merupakan upaya penanggalan internasional.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Penyatuan kalender Hijriyah merupakan upaya penanggalan internasional. Penentuan 1 Syawal dengan metodologi hisab (ilustrasi).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Penyatuan kalender Hijriyah merupakan upaya penanggalan internasional. Penentuan 1 Syawal dengan metodologi hisab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Agama tengah menyusun road map penyatuan kalender Hijriyah. 

Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Mohammad Mas'udi, menyebut pihaknya mendukung gagasan positif ini.

Baca Juga

"Penyatuan kalender Hijriyah itu dalam pemahaman Muhammadiyah maupun Majelis Tarjih dan Tajdid terkait dengan penyatuan kalender Islam global. Gagasan ini sangat positif," ujar Mohammad Mas'udi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (1/7). 

Agar umat Islam memiliki satu penanggalan, serta tidak lagi muncul perbedaan antar wilayah dan negara, maka digagaslah rencana ini. Perbedaan akan tetap ada jika memang ada perbedaan edar matahari.

Mas'udi lantas menyebut, memang diperlukan forum-forum yang mempertemukan antara pihak-pihak yang selama ini berbeda dalam menandai kapan dimulainya penghitungan kalender Hijriyah.

Kedepan, jika sudah disepakati kalender Islam global, Mas'udi menyebut tidak ada lagi metode-metode yang digunakan Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU).

Metode yang baru inilah yang akan menjadi patokan dan disepakati secara internasional."Perlu ada metode baru yang melampaui metode yang ada selama ini, dan bersifat global yang merupakan gabungan dari beberapa metode," lanjutnya.

photo
Seorang petugas melakukan persiapan dengan mencoba teropong yang akan digunakan untuk melihat posisi bulan saat dilakukan rukyatul hilal. Ilustrasi. - (Antara/Saiful Bahri)

Dia menilai, selama NU masih berpegang pada rukyatnya, serta Muhammadiyah berpegang pada hisab wujudul hilal, maka tujuan penyatuan ini tidak akan pernah menemukan titik temu.  

Adapun metode baru ini disebut bisa merujuk pada pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh ahli falak internasional. Mereka lah yang nantinya akan merumuskan solusi terbaik atas penghitungan kalender Hijriyah yang baru 

Mas'udi lantas menyebut usaha menyatukan kalender Hijriyah ini sudah sejak lama ada, namun berskala nasional. Jika dalam posisi ini, masing-masing pihak disebut akan "cenderung" mempertahankan cara pandangnya.    

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar), Agus Salim, mengatakan upaya penyatuan kalender Hijriyah berdasarkan masukan dari berbagai pihak. Supaya pelaksanaan awal Ramadhan dan hari raya umat Islam tidak terjadi perbedaan lagi.  

"Jadi ada keinginan masyarakat termasuk lembaga-lembaga keagamaan (menyatukan kalender Hijriyah), oleh karena itu kita berupaya untuk terus mencari solusi bersama semuanya agar ada titik temu, memang tidak mudah tapi masih terus kita upayakan," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement