Rabu 01 Jul 2020 16:00 WIB

Militer Brasil Kirim Pasokan Medis untuk Warga Adat Amazon

Virus corona dapat memusnahkan ratusan suku Amazon jika tidak dicegah. 

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak-anak dari suku Nambikwara Sarare bermain di antara pepohonan di tenggara hutan Amazon, di negara bagian Mato Grosso, Brazil.  Sekitar 98% lahan adat yang dimiliki oleh suku asli setempat Brazil berada di pedalaman hutan Amazon.
Foto: Andre Penner/AP
Anak-anak dari suku Nambikwara Sarare bermain di antara pepohonan di tenggara hutan Amazon, di negara bagian Mato Grosso, Brazil. Sekitar 98% lahan adat yang dimiliki oleh suku asli setempat Brazil berada di pedalaman hutan Amazon.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Militer Brasil mengirim pasokan obat-obatan dengan helikopter ke komunitas adat Amazon yang berbatasan dengan Venezuela. Militer juga melakukan pengujian virus corona kepada anggota komunitas adat Amazon di wilayah tersebut.

Hasil tes cepat menunjukkan bahwa komunitas adat Amazon negatif virus corona. Namun, virus tersebut mengancam dapat memusnahkan ratusan suku Amazon jika tidak segera dilakukan tindakan pencegahan dan protokol kesehatan.

Baca Juga

Operasi militer untuk membantu suku Yanomami yang tinggal di reservasi terbesar di Brasil bertujuan untuk melawan kritik terhadap pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro. Presiden sayap kanan tersebut menuai kritik karena tidak menanggapi pandemi virus korona secara serius dan tidak melindungi masyarakat adat.

"Tujuan utama operasi gabungan ini oleh angkatan bersenjata adalah untuk melacak COVID-19 di desa-desa terdekat," kata Kapten Medis, Jarbas de Souza.

Angkatan Darat mengangkut pasokan dari ibukota negara bagian Roraima, Boa Vista dengan helikopter Blackhawk ke pos perbatasan militer hutan Amazon. Mereka membawa masker, gel alkohol, celemek, sarung tangan, tes dan obat-obatan, termasuk 13.500 pil chloroquine atau obat malaria.

Orang-orang suku Yanomami dan Yekuana tampak antre untuk melakukan uji virus corona dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Elaine Maciel, dari kantor regional agensi urusan adat pemerintah Funai mengatakan, sebagian besar masyarakat adat merasa takut dan menghindari tim medis.

"Mereka takut. Itu adalah virus yang tidak diketahui oleh mereka, seperti juga bagi kita. Banyak yang memilih untuk mengasingkan diri dan menghindari tim medis sebagai cara menghindari penularan," ujar Maciel.

Maciel mengatakan bahwa suku Yekuana memiliki akses ke internet dan memiliki lebih banyak mengetahui informasi tentang pandemi virus corona. Karena itu, ketakutan mereka lebih tinggi dan menghindari tim medis. Sementara suku Yanomami dapat berinteraksi dengan mudah. Mereka terbiasa bertukar hadiah dengan orang luar.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement